Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) menilai perlu adanya terobosan baru dalam pengembangan energi panas bumi, salah satunya penggunaan bersama jaringan transmisi listrik atau power wheeling.
Ketua API Prijandaru Effendi mengatakan bahwa hal ini dilakukan agar distribusi kelistrikan dari energi panas bumi dapat dilakukan dengan cepat.
“Terobosan dan regulasi di bidang investasi panas bumi perlu dilakukan seperti power wheeling atau penggunaan bersama jaringan transmisi agar bisa langsung transfer energi dari sumber energi ke pelanggan,” kata Prijandaru dalam agenda Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition (IIGCE) 2023 di JCC Senayan, Rabu (20/9/2023).
Selain terobosan pada teknologi, Prijandaru menyebut bahwa pemerintah juga perlu mengeluarkan aturan turunan dari Peraturan Presiden Republik Indonesia (Perpres) Nomor 112 Tahun 2022 tentang Percepatan Pengembangan Energi Terbarukan Untuk Penyediaan Tenaga Listrik, yang nantinya dapat mempermudah perizinan pengembangan panas bumi.
Prijandaru melihat bahwa Perpres tersebut dirasa belum cukup untuk mengembangkan sektor panas bumi.
“Perlu adanya peraturan turunan, yaitu Peraturan Menteri terkait yang mengatur lebih lanjut tentang permudahan perizinan dan partisipasi pemerintah untuk membantu pengembangan proyek panas bumi,” ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, API menilai pengembangan energi panas bumi di Indonesia masih tergolong sangat lambat.
Ketua Umum API Prijandaru Effendi mengatakan, pemanfaatan panas bumi di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 1984. Namun, setelah 40 tahun mengembangkan energi terbarukan ini, Indonesia hanya mampu memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 2.378 megawatt (MW).
Total kapasitas terpasang itu hanya sekitar 10 persen dari potensi sumber daya yang ada saat ini, yakni sekitar 24 gigawatt (GW).
"Ini artinya pertumbuhan kapasitas terpasang tiap tahun hanya 60 MW per tahun," ujar Prijandaru, dalam acara New Zealand - Indonesia Geothermal Industry Breakfast di Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Prijandaru juga melihat bahwa perkembangan energi panas bumi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang signifikan atau cenderung tidak menggembirakan.
Menurutnya, lambatnya pengembangan panas bumi dalam negeri disebabkan oleh masih mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.
“Kita tahu pasti bahwa panas bumi itu mahal. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan panas bumi di Indonesia tidak begitu menggembirakan belakangan ini,” ucapnya