Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyebut bahwa target kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 7,2 gigawatt (GW) pada 2025 bakal sulit tercapai.
Direktur Panas Bumi Kementerian ESDM Harris Yahya mengatakan bahwa target itu terlampau berat untuk dicapai dalam waktu singkat. Untuk itu, pemerintah akan mengejar untuk merealisasikan target tersebut pada 2030.
“Kalau 2025 mungkin karena sudah tinggal tahun besok kan ya itu sudah sangat dekat, tapi untuk 2030 kita masih punya waktu untuk bisa mengejar,” kata Harris saat ditemui, Selasa (19/8/2023).
Menurut Harris, untuk mengejar hal tersebut perlu adanya kolaborasi antarsubsektor terkait dan upaya dari pemerintah melengkapi regulasi yang ada.
Selain itu, Harris melihat perlunya pemerintah untuk menaikkan insentif pada sektor energi panas bumi saat ini.
“Sambil pemerintah melakukan upaya untuk menawarkan lebih banyak lagi wilayah panas bumi yang baru kepada badan usaha,” ujarnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API) menilai pengembangan energi panas bumi di Indonesia masih tergolong sangat lambat.
Ketua Umum API Prijandaru Effendi mengatakan, pemanfaatan panas bumi di Indonesia sudah berjalan sejak tahun 1984. Namun, setelah 40 tahun mengembangkan energi terbarukan ini, Indonesia hanya mampu memiliki kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) sebesar 2.378 megawatt (MW).
Total kapasitas terpasang itu hanya sekitar 10 persen dari potensi sumber daya yang ada saat ini, yakni sekitar 24 gigawatt (GW).
"Ini artinya pertumbuhan kapasitas terpasang tiap tahun hanya 60 MW per tahun," ujar Prijandaru, dalam acara New Zealand - Indonesia Geothermal Industry Breakfast di Jakarta, Selasa (19/9/2023).
Prijandaru juga melihat bahwa perkembangan energi panas bumi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir tidak mengalami peningkatan yang signifikan atau cenderung tidak menggembirakan.
Menurutnya, lambatnya pengembangan panas bumi dalam negeri disebabkan oleh masih mahalnya biaya yang harus dikeluarkan.
“Kita tahu pasti bahwa panas bumi itu mahal. Hal inilah yang menyebabkan perkembangan panas bumi di Indonesia tidak begitu menggembirakan belakangan ini,” ucapnya.
Dengan laju pengembangan saat ini, dia pun memproyeksikan target pemerintah menambah kapasitas PLTP 7,2 GW pada 2025 tidak akan terealisasi.
“Mengenai target pada tahun 2025, berdasarkan kebijakan energi nasional untuk menambah 7,2 GW pada tahun 2025, melihat sekarang kita bicarakan hanya tinggal 2 tahun lagi yang pasti hal itu tidak akan terjadi,” katanya.