Bisnis.com, JAKARTA - Kebijakan pembatasan ekspor yang diterapkan pemerintah India telah mengguncang pasar beras global dalam 6 pekan terakhir. Hal ini membuat negara-negara di Asia hingga Afrika panik.
Sekitar enam minggu, India telah mengguncang pasar beras dengan pembatasan ekspornya sehingga membuat para pemerintah Asia hingga Afrika panik.
Mengutip Bloomberg, Minggu (3/9/2023), harga beras di Asia melonjak mendekati level tertinggi dalam hampir 15 tahun terakhir pada Rabu (30/8/2023), setelah India memperluas pengetatan ekspor terhadap beras pratanak dan basmati pada akhir pekan sebelumnya.
"Lonjakan harga beras selalu sangat merugikan konsumen miskin," kata Peter Timmer, Profesor Emeritus di Universitas Harvard yang telah mempelajari keamanan pangan selama puluhan tahun.
Timmer mengungkapkan bahwa keprihatinan terbesar saat ini adalah apakah Thailand dan Vietnam akan mengikuti langkah India dan memberlakukan kontrol signifikan terhadap ekspor beras mereka. Jika hal ini terjadi, Timmer berpendapat bahwa harga beras dunia melonjak melebihi US$1000 per ton.
Kekhawatiran terhadap suplai beras dapat dimengerti karena beras merupakan bahan pangan penting bagi miliaran orang dan menyumbang 60 persen dari total asupan kalori untuk masyarakat beberapa bagian Asia Tenggara dan Afrika.
Baca Juga
El Nino yang terjadi tahun ini juga mengancam kekeringan di banyak wilayah pertumbuhan utama di seluruh Asia. Thailand bahkan, memperingatkan akan terjadi kekeringan pada 2024.
Langkah-langkah pengetatan ekspor beras India juga dinilai sarat muatan politis, dengan Perdana Menteri Narendra Modi akan menghadapi pemilihan umum pada awal 2024. Harga pangan yang tinggi dapat membuat para pemilih tidak akan memberikan suara pada pemungutan suara.
Harga beras di New Delhi terpantau masih lebih tinggi dibandingkan setahun yang lalu. Namun, sejak pembatasan ekspor sejak Juni 2023, harga beras mampu bertahan stabil sebesar 39 rupee per kilogram. Harga beras di wilayah India lainnya mengalami sedikit kenaikan.
Pembatasan yang dilakukan India kemudian berimbas ke negara lain, seperti Filipina yang pekan lalu terpaksa membatasi harga beras di seluruh negeri karena kenaikan harga eceran yang mengkhawatirkan dan laporan mengenai penimbunan oleh para pedagang. Filipina adalah pengimpor biji-bijian terbesar kedua di dunia.
Negara-negara lain yang khawatir juga memilih jalur diplomatik. Guinea telah mengirimkan menteri perdagangannya ke India. Singapura, Mauritius, dan Bhutan telah meminta agar India membebaskan mereka dari pembatasan dengan alasan ketahanan pangan.
Di sisi lain, pembatasan India memberikan peluang bagi Thailand. Thailand telah melakukan roadshow dalam beberapa minggu terakhir. Para pejabat perdagangannya melakukan kunjungan ke Filipina, Indonesia, Malaysia, dan Jepang, dengan menawarkan beras mereka.
Vietnam juga menawarkan beberapa dukungan kepada pasar bahwa negaranya kemungkinan besar akan melampaui target ekspornya untuk tahun ini. Volume ekspor ke Indonesia telah melonjak selama 7 bulan pertama 2023 dan pengiriman ke China juga lebih tinggi.
Sementara itu, Federasi Beras Myanmar menyarankan penghentian sementara pengiriman untuk meredam kenaikan harga domestik, yang kemudian proposal tersebut ditolak oleh pemerintah.