Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Raksasa Properti China Evergrande Anjlok 87 Persen

Saham raksasa properti China, Evergrande Group anjlok sebesar 87 persen pada pembukaan Senin (28/8/2023).
Logo perusahaan China Evergrande di kantor mereka di Hong Kong pada 26 Maret 2018./Reuters/Bobby Yip
Logo perusahaan China Evergrande di kantor mereka di Hong Kong pada 26 Maret 2018./Reuters/Bobby Yip

Bisnis.com, JAKARTA – Saham raksasa properti China dengan utang terbesar di dunia, Evergrande Group anjlok sebesar 87 persen pada pembukaan Senin (28/8/2023). Penurunan saham terjadi setelah perdagangan saham dilanjutkan kembali usai ditangguhkan selama 17 bulan.

Melansir Business Insider, Selasa (29/8/2023), harga saham perusahaan pada siang hari di Hong Kong berada di kisaran HK$0,35 atau sekitar Rp680, dengan nilai pasar developer properti itu turun menjadi US$586 juta atau sekitar Rp8,9 triliun. Pada 2017, Evergrande diketahui bernilai lebih dari US$50 miliar atau sekitar Rp762 triliun.

Saham terakhir tersedia untuk diperdagangkan pada 18 Maret 2022 lalu. Sejak mencapai puncak, perusahaan telah kehilangan 99 persen kapitalisasi pasarnya. Perdagangan dilanjutkan setelah perusahaan mengatakan sistem pengendalian internal telah memenuhi aturan pencatatan di bursa Hong Kong.

Penjualan saham menyusul pengajuan perusahaan pada Minggu (27/8/2023) yang menunjukkan kerugian sebesar 33 miliar yuan atau sekitar Rp69 triliun selama enam bulan hingga 30 Juni kemarin, menambahkan angka kerugian sebesar 582 miliar yuan atau sekitar Rp1.105 triliun dari dua tahun terakhir.

Secara total, kerugian bersih Evergrande pada paruh pertama 2023 mencapai 39,3 miliar yuan atau sekitar Rp82 triliun.

Untuk diketahui, permasalahan ekonomi China terus meningkat dengan sebagian besar kekhawatiran berasal dari sektor properti, di mana pengembang raksasa seperti Evergrande, Country Garden, dan lainnya menghadapi risiko meningkatnya utang dan kebangkrutan.

Namun, nasib Country Garden sedikit lebih baik dengan saham yang diperkirakan naik 14,8 persen pada hari Senin, setelah perusahaan menjual saham minoritas dalam pengembangan campuran di Guangzhou seharga 1,3 miliar yuan atau sekitar Rp2,7 triliun.

Melansir dari Reuters, Selasa (29/8/2023), pada Jumat pekan lalu, Country Garden juga memperpanjang batas waktu pemungutan suara kreditur hingga 31 Agustus guna menunda pembayaran obligasi swasta dalam negeri senilai 3,9 miliar Yuan atau sekitar Rp8,1 triliun.

Sejumlah ahli telah memperingatkan bahwa “momen Lehman” akan segera terjadi, meskipun masih ada optimisme bahwa situasi di China tidak sepenuhnya sebanding dengan situasi di AS pada tahun 2008, jika melihat cara ekonomi politik negara tersebut diatur. Meski begitu, bukan berarti tidak ada risiko bencana. (Lydia Tesaloni Mangunsong)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper