Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahdahlia membantah terkait pediksi yang menyebut cadangan nikel Indonesia hanya sampai 15 tahun ke depan.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.
Dengan besaran sumber daya dan cadangan tersebut, menurut Badan Geologi, umur cadangan nikel saprolite tinggal 15 tahun dan cadangan nikel limonite (kadar rendah) 34 tahun.
Bahlil mengatakan bahwa anggapan nikel akan habis dalam 15 tahun mendatang hanya persepi saja dan belum ada kajian teknisnya.
“Gini, belum ada satu kajian teknis yang menyatakan bahwa 15 tahun itu kan baru persepsi saja. Hasil itu hanya hasil eksplorasi dengan kapasitas smelter yang ada,” kata Bahlil di Raffles Hotel, Jakarta, Selasa (29/8/2023).
Bahlil menyebut, saat ini masih banyak tempat yang belum dieksplorasi oleh pemerintah untuk menambah cadangan nikel yang ada.
Baca Juga
Terlebih, Bahlil mengatakan bahwa di wilayah Papua masih banyak sekali cadangan nikel yang ada. Sehingga mengaku ragu bahwa cadangan nikel akan habis dalam 15 tahun.
“Jadi saya ngga yakin [cadangan] 15 tahun, masih banyak. Di papua itu masih banyak nikel,” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen untuk segera menghentikan investasi baru smelter RKEF yang menjadi lini pengolahan bijih nikel kadar tinggi.
Kebijakan tersebut perlu diambil untuk mengimbangi permintaan saprolite yang tinggi, sedangkan cadangan bijih nikel kadar tinggi dalam negeri belakangan mulai menipis.
Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM 2021, sumber daya bijih nikel mencapai 17,68 miliar ton dengan cadangan 5,24 miliar ton. Untuk sumber daya logam nikel mencapai 177 juta ton dengan cadangan 57 juta ton.
Dengan besaran sumber daya dan cadangan tersebut, menurut Badan Geologi, umur cadangan nikel saprolite tinggal 15 tahun dan cadangan nikel limonite (kadar rendah) 34 tahun.
Adapun, pengolahan saprolite dengan teknologi RKEF ini pada umumnya menghasilkan produk olahan nikel kelas dua berupa nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi) untuk kemudian dibuat menjadi stainless steel.
“Kita harus bijak mengolah sumber daya dengan cadangan kita yang mungkin sudah tidak terlalu lama lagi bisa habis,” kata Pelaksana Harian Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM, Muhammad Idris Froyoto Sihite, saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (25/1/2023).