Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia belum berhasil mendapatkan dana pandemi atau pandemic fund pada putaran pertama. Kementerian Keuangan, yang dipimpin Sri Mulyani Indrawati, berharap Indonesia akan meraih dana pandemi pada putaran kedua di tahun ini.
“Indonesia memang untuk ronde pertama tidak berhasil masuk ke dalam satu paket usulan yang terdiri dari banyak usulan proposal negara-negara, tidak termasuk yang disetujui namun proposal Indonesia sudah masuk,” kata Kepala Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral Kementerian Keuangan Yogi Rahmayanti, Senin (21/8/2023).
Yogi menjelaskan, dari sisi kualitas, proposal Indonesia diakui termasuk proposal yang berkualitas tinggi. Oleh karenanya, dia menyayangkan proposal Indonesia tidak berhasil lolos.
“Harapannya ini nanti akan kita dorong segera [pandemic fund] setelah first round bisa dipercepat,” jelasnya.
Dia mengatakan total proposal yang masuk mencapai lebih dari 300 proposal. Hal ini menunjukkan permintaan atau adanya kebutuhan yang sangat tinggi terhadap dana pandemi.
“Komitmen dana sudah ada sehingga ini yg kita dorong mempercepat segera bahwa usulan-usulan yang memang sudah diakui berkualitas bisa segera mendapatkan pendanaan meskipun di ronde kedua setelahnya,” tuturnya.
Baca Juga
Selanjutnya, pemerintah akan kembali memformulasikan proposal sebelumnya agar lebih berkualitas tinggi dan diharapkan lolos pada putaran kedua.
“Sebelumnya dari kriteria yang ada itu sangat menunjukkan bahwa proposal Indonesia masuk kelompok yang cukup kompetitif, justru kita agak mempertanyakan sebetulnya pertimbangannya ada hal yang lain, tapi dari sisi kualitas proposal Indonesia sudah bagus,” jelasnya.
Untuk diketahui, Dewan Pengurus Pandemic Fund pada putaran pertama telah menyetujui hibah dana pandemi bagi 37 negara, senilai US$338 juta. Pandemic fund didirikan pada September 2022, yang secara resmi diluncurkan pada pertemuan G20 di bawah Presidensi Indonesia di Bali.
Pandemic fund merupakan mekanisme pendanaan multilateral pertama yang didedikasikan untuk memberikan hibah dalam rangka membantu negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah agar lebih siap dalam menghadapi pandemi di masa depan.
Dana yang dikelola Bank Dunia ini tercatat telah mengumpulkan modal awal sebesar US$2 miliar dari 25 kontributor negara dan filantropi.