Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) memperkirakan tren surplus perdagangan Indonesia akan terus turun ke depannya.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Kamdani, menyampaikan, tren penurunan tersebut dipicu oleh faktor harga komoditas unggulan Indonesia yang cenderung mengalami penurunan harga di pasar global khususnya batu bara serta besi dan baja.
“Penurunan revenue ekspor ke depannya juga diperdalam karena pengaruh perluasan larangan ekspor minerba mentah seperti bauksit dan mungkin komoditas lain hingga akhir tahun,” kata Shinta kepada Bisnis, Selasa (15/8/2023).
Selain itu menurutnya, surplus juga semakin sulit dipertahankan jika kinerja pertumbuhan ekonomi relatif stabil atau setidaknya sesuai dengan target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah yakni 5,3 persen.
Pasalnya, impor bahan baku/penolong akan semakin besar, bukan hanya karena volume demand impor, tapi juga pengaruh pelemahan Rupiah dan kenaikan harga komoditas impor yang tidak bisa disubstitusi oleh suplai domestik, seperti komoditas pangan impor, impor migas, impor pupuk, dan lainnya.
Ditambah lagi, menjelang pergantian kepemimpinan, Shinta merasa akan sulit bagi pemerintah untuk menggenjot peningkatan produktivitas ekspor, baik peningkatan volume ekspor atas komoditas ekspor existing seperti batu bara, besi-baja, cpo, dan lainnya, maupun peningkatan jenis produk ekspor atau diversifikasi pasar tujuan ekspor.
Baca Juga
“Ini karena pelaku usaha maupun pasar semakin berhati-hati dan semakin cenderung wait and see untuk melakukan ekspansi usaha,” ujarnya.
Kendati demikian, Shinta berharap pemerintah tetap mendorong pertumbuhan ekspor yang signifikan, yang dapat menggantikan nilai revenue ekspor yang hilang atau menyusut akibat kondisi pasar global dan kebijakan larangan ekspor komoditas mentah yang telah ditetapkan.
Surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$21,24 miliar pada periode Januari-Juli 2023, atau turun US$7,88 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat sebesar US$29,12 miliar.
Plt. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyampaikan, penurunan surplus sepanjang 2023 utamanya dipicu oleh berakhirnya windfall harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global seperti batu bara dan minyak sawit.
BPS mencatat, komoditas batu bara mengalami penurunan harga sebesar 65,03 persen secara tahunan, meski naik tipis 0,87 persen jika dibandingkan Juni 2023.