Adapun beras yang dikuasai Bulog saat ini mencapai 1,33 juta ton sehingga Suyamto meminta masyarakat untuk tidak khawatir terhadap stok beras dalam negeri. Bersamaan dengan itu, penyerapan produksi dari dalam negeri juga masih terus dilakukan dan masih ada sisa kontrak serta sisa kuota impor beras yang terus diupayakan untuk didatangkan lebih cepat ke Indonesia.
“Bulog juga terus menjamin kebutuhan pangan khususnya beras akan terus tersedia, terutama dalam kondisi rawan seperti saat ini”, ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Institute for Demographyc and Poverty Studies (Ideas), Yusuf Wibisono menyebut adanya risiko ancaman krisis beras.
Menurutnya, pola perubahan harga beras juga dianggap mengkhawatirkan dalam setahun terakhir. Bahkan, dirasa mustahil muncul tendensi harga akan turun walaupun panen raya dari Maret - Juni 2023 berlalu dan impor telah dilakukan.
"Datangnya El Nino yang berisiko menurunkan produksi padi dan pasokan beras, sehingga membuat upaya stabilisasi harga beras ke depan makin berat," jelasnya.
Pemerintah diminta tidak terus-terusan meremehkan penurunan kapasitas produksi beras nasional.
Baca Juga
Dia mengatakan bahwa produksi beras Indonesia yang stagnan dalam lima tahun terakhir. Bahkan produksi cenderung turun dari 33,9 juta ton pada 2018 menjadi 31,5 juta ton pada 2022.
"Harus ada langkah drastis dalam kebijakan perberasan nasional, terutama menghentikan alih fungsi lahan sawah," katanya.