Bisnis.com, JAKARTA - Pengusaha peternakan menilai upaya pemerintah setop impor sapi hidup asal Australia tidak efektif untuk menekan penyebaran virus Lumpy Skin Disease (LSD) di dalam negeri.
Ketua Umum Perhimpunan Peternakan Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Nanang Subendro mengatakan LSD sudah lama menyerang sapi lokal di Indonesia. Lebih tepatnya sejak Februari 2022 atau sebelum terjadinya wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) tahun lalu.
"Upaya pemerintah menyetop impor sapi dari empat peternakan di Australia tidak efektif mencegah penularan LSD karena status Indonesia yang sudah terlanjur tidak bebas LSD," kata Nanang saat dihubungi, Selasa (1/8/2023).
Nanang menyebut tingkat penularan LSD dalam satu kandang hanya berkisar 30 persen, sedangkan tingkat penularan PMK dalam satu kandang bisa mencapai 100 persen.
Kendati demikian, lanjutnya, sapi yang terkena LSD berisiko menimbulkan kerugian ekonomi bagi peternak. Pasalnya, sapi yang terinfeksi LSD akan mengalami penurunan produksi susu dan bobot, bahkan kematian.
Selain itu, tuturnya, biaya pengobatan sapi yang terinfeksi LSD juga cukup besar sementara harga sapi akan turun karena adanya kerusakan kulit dan daging.
Baca Juga
Nanang menilai pemerintah lambat dalam menangani LSD alias tidak sesigap penanganan wabah PMK.
"Padahal sama-sama penyakit menular berbahaya," katanya.
Menurutnya, solusi terbaik untuk mengatasi LSD di Indonesia yakni dengan melakukan vaksinasi secara massal terhadap hewan ternak, seperti yang dilakukan terhadap PMK.
Pemerintah melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) memutuskan untuk menghentikan sementara impor sapi dari Australia terkait dengan temuan penyakit LSD pada 13 ekor sapi di Pelabuhan Tanjung Priok, pertengahan Juli 2023.
Kepala Barantan Bambang mengatakan penyetopan impor dilakukan selama 60 hari sejak Barantan mengirim surat kepada otoritas Australia pada 12 Juli 2023.
Pihak Australia maupun Indonesia akan melakukan pendalaman selama waktu tersebut untuk menemukan penyebab dan sumber pasti LSD pada 13 ekor sapi impor Australia.