Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Usaha Feedloter Terancam Impor Daging Beku, Produksi Sapi Mendesak

Perusahaan feedloter dinilai terancam dengan adanya impor daging beku dan mengusulkan pemerintah genjot produksi sapi dalam negeri.
Ilustrasi daging sapi beku/Perumda Dharma Jaya
Ilustrasi daging sapi beku/Perumda Dharma Jaya

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan feedlot menilai impor daging beku yang dilakukan pemerintah sebagai distraksi. Alih-alih menyelesaikan masalah krusial, pemerintah dianggap lebih memilih jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan daging nasional.

Presiden Direktur PT Great Giant Foods (GGL), induk perusahaan PT Great Giant Livestock (GGL), Tommy Wattimena menuturkan bahwa kondisi peternak feedlot saat ini terancam dengan importasi daging. Tak jarang, sejumlah peternak mandiri gulung tikar akibat gempuran daging kerbau beku impor di pasaran.

Menurutnya, harga daging sapi segar saat ini berkisar Rp110.000-Rp115.000 per kilogram di tingkat feedloter. Sementara, daging impor beku harganya jauh lebih murah sekitar Rp70.000-Rp80.000 per kilogram.

"Kita enggak bisa swasembada protein kalau seperti ini terus," ujar Tommy dalam konferensi pers, Selasa (25/7/2023).

Sebagaimana diketahui, penugasan impor daging kerbau beku dari India oleh Bulog tahun ini mencapai 100.000 ton. Selain itu, ID Food juga ditugasi mengimpor daging sapi dari Brasil sebanyak 100.000 ton.

Menurut Tommy, seharusnya pemerintah mulai memikirkan upaya meningkatkan produksi sapi di dalam negeri. Selama ini, para feedloter hanya bergantung pada pasokan sapi dari Australia. Saat harga sapi di Negeri Kanguru itu naik, secara otomatis akan mengerek harga daging sapi di dalam negeri.

Di sisi lain, impor daging kerbau beku dari India juga berisiko terhadap wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) dan merugikan peternak. Oleh karena itu, Tommy mengusulkan pemerintah untuk bekerja sama dengan korporasi membangun produksi sapi berkelanjutan di Indonesia.

GGF bersedia memproduksi hingga 10.000 sapi melalui skema bagi hasil dengan para peternak mitra. Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini bukanlah daging impor, melainkan indukan sapi yang produktif untuk dibudidayakan.

Adapun korporasi mendukung upaya pemerintah mencari alternatif sumber sapi selain dari Australia. Namun, ihwal kesehatan dan keamanan hewan menjadi hal yang perlu diutamakan.

"Mau enggak pemerintah bekerjasama dengan kita? kita beri modelingnya, kita kasih SOP, kita kasih training. Kekurangan 5 juta sapi ini bisa kita kerjakan bareng-bareng. Ini yang perlu kita pikirkan bersama," tuturnya.

Menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 total populasi sapi di Indonesia mencapai 18,6 juta ekor yang tersebar di seluruh provinsi. Sementara Outlook Daging Sapi Kementerian Pertanian memproyeksikan kebutuhan daging pada 2023 mencapai 745.963 ton, sementara produksi dalam negeri sebanyak 470.016 ton. Artinya tahun ini, stok daging di dalam negeri mengalami defisit sekitar 275.947 ton.

Data BPS mencatat impor daging (HS02) dari India pada 2022 sebanyak 10.5775 ton dengan nilai sebesar US$321,7 juta. Sementara impor daging dari Brasil pada 2022 mencapai 20.106 ton dengan nilai sebesar US$112 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper