Bisnis.com, JAKARTA – Ekonomi Amerika Serikat terhindar dari resesi dan tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal II/2023, didorong oleh pasar tenaga kerja tangguh yang mendukung belanja konsumen.
Data Departemen Perdagangan AS melaporkan produk domestik bruto (PDB) Negeri Paman Sam ini tumbuh 2,4 persen pada kuartal II/2023 dibanding kuartal sebelumnya (quarter-to-quarter/qtq).
Pertumbuhan PDB ini meningkat dari kuartal I/2023 yang mencapai 2 persen qtq. Para ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PDB akan naik 1,8 persen di kuartal II.
Meskipun PDB tumbuh di atas ekspektasi, salah satu indikator inflasi utama yang dipantau The Fed menunjukkan kenaikan paling lambat dalam dua tahun terakhir.
Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (personal consumption expenditure/PCE) inti yang tidak termasuk makanan dan energi naik sebesar 3,8 persen, laju kenaikan terkecil sejak kuartal pertama 2021 dan melambat dari 4,9 persen pada kuartal I/2023.
Selain itu, data klaim pengangguran awal AS juga berada di bawah ekspektasi sebesar 221.000 sepanjang pekan lalu.
Baca Juga
Para ekonom, yang beberapa di antaranya telah memperkirakan resesi AS sejak 2022, percaya bahwa siklus kenaikan suku bunga The Fed sejak 1980-an akan segera berakhir, meskipun permintaan domestik yang kuat dapat membuat biaya lebih tinggi dan lebih lama.
Sebelumnya, The Fed pada hari Rabu menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin ke kisaran 5,25 persen - 5,50 persen.
Profesor keuangan dan ekonomi Loyola Marymount University Sung Won Sohn mengatakan meskipun the Fed telah melakukan kampanye untuk memperlambat pertumbuhan dan menekan inflasi, tidak ada resesi yang terlihat.
"Berhentilah menaikkan suku bunga untuk saat ini,” ungkap Sohn seperti dilansir Reuters, Jumat (28/7/2023).
Presiden Joe Biden mengatakan bahwa laporan PDB tersebut merupakan bukti bahwa rencana ekonominya berhasil.
"Kita baru saja memulai," kata Biden dalam sebuah pernyataan.