Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik sebesar 4,8 persen pada tahun ini. Menurut ADB, kuatnya permintaan domestik mendukung pemulihan kawasan Asia dan Pasifik.
Inflasi di kawasan Asia juga diperkirakan terkendali pada tingkat 3,6 persen pada tahun ini, turun dibandingkan dengan perkiraan sebesar 4,2 persen pada April lalu.
Kepala Ekonom ADB Albert Park menyampaikan bahwa pembukaan kembali ekonomi China utamanya telah memperkuat pertumbuhan di kawasan ini. Ekonomi China diperkirakan tumbuh 5 persen pada 2023, di tengah kuatnya permintaan domestik di sektor jasa.
Di sisi lain, diperkirakan terjadi perlambatan permintaan ekspor barang elektronik dan barang manufaktur lainnya dari kawasan Asia yang sedang berkembang, seiring dengan pengetatan moneter yang menyebabkan melemahnya kegiatan ekonomi di berbagai perekonomian maju.
Sementara pada 2024, pertumbuhan ekonomi kawasan Asia dan Pasifik direvisi turun tipis menjadi 4,7 persen dari perkiraan 4,8 persen pada April lalu.
“Asia dan Pasifik masih terus pulih dengan stabil dari pandemi. Permintaan domestik dan kegiatan jasa mendorong pertumbuhan, sementara banyak perekonomian juga diuntungkan dari pemulihan pariwisata yang kuat. Namun, kegiatan industri dan ekspor masih tetap lemah, ditambah lagi memburuknya proyeksi pertumbuhan global dan permintaan tahun depan,” kata Albert, Rabu (19/7/2023).
Baca Juga
Lebih lanjut, ADB memproyeksikan Asia Tenggara yang diisi Indonesia, Singapura, dan 7 negara kawasan lainnya tumbuh lebih lambat dari rata rata di Asia Pasifik. Lembaga keuangan Asia itu memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara menjadi 4,6 persen untuk tahun ini dan 4,9 persen tahun depan, dibandingkan dengan perkiraan pada April lalu masing-masing sebesar 4,7 persen dan 5,0 persen.