Bisnis.com, JAKARTA - Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengungkapkan penyebab tertundanya proyek Light Rail Transit (LRT) Jabodebek rute Bogor disebabkan oleh beberapa faktor sepert pembiayaan, pembebasan lahan, dan lainnya.
Adapun anggaran yang diperlukan untuk merealisasikan proyek ini di atas Rp10 triliun.
“Tertundanya kan bukan karena Wali Kota, dari pusatnya [pemerintah] tertunda,” katanya usai menghadiri Sewindu Proyek Strategis di Grand Sheraton, Kamis (27/7/2023).
Pemerintah Bogor sendiri diakuinya sudah siap menyambut proyek ini sejak tahun lalu.
Misalnya, lokasi stasiun LRT yang akan dibangun di sekitar Baranangsiang, konversi dari angkot menjadi bis, dan lainnya. Bahkan, pemerintah berencana untuk menghilangkan angkot dari lingkar sistem satu arah pada Desember 2023.
Sembari menunggu proyek tersebut, pemerintah daerah telah meresmikan unit khusus dari Bus Trans Pakuan yang menyambungkan rute Halte Baranangsiang-Cibubur dan Halte Bubulak-Cibubur. Masyarakat dapat memanfaatkan Bus Trans Pakuan ini menuju Stasiun LRT Harjamukti.
Baca Juga
Menurut catatan Bisnis, Rabu (28/7/2023) Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyebut belum ada investor yang bergabung dalam rencana proyek perpanjangan lintasan LRT Jabodebek rute Bogor. Meski belum ada yang bergabung, proyek ini akan tetap dilakukan sesuai instruksi Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sementara itu, Kepala Divisi LRT Jabodebek KAI Mochamad Purnomosidi menyebut progres studi kelayakan LRT Jabodebek rute Bogor sudah sampai tahap design engineering.
Bila merujuk pada Peraturan Presiden (Perpres) No.49/2017, kontraktor yang memegang proyek itu adalah PT Adhi Karya (Persero) Tbk. Kendati demikian, Purnomosidi belum dapat memastikan target penyelesaian perpanjangan lintasan Jabodebek rute Bogor serta nilai investasi yang diperlukan karena studi kelayakan proyek masih berlangsung.