Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membeberkan peluang besar bisnis konstruksi yang masih minim ditangkap oleh kontraktor swasta, baik investor domestik maupun asing.
Padahal, peluang pasar konstruksi di Indonesia cukup besar. Dalam hal penggunaan beton dalam kontruksi infrastruktur, sektor sumber daya air menggunakan material beton hingga 80 persen.
Di sektor konstruksi bangunan, termasuk rumah, beton digunakan sebagai material dasar konstruksi hingga mencapai 60 persen, begitupun dengan infrastruktur pengolahan air. Adapun, proporsi beton pada pembangunan jalan sebesar 56-71 persen.
Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur dan Perumahan Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna menyebut alasan investor asing yang masih segan untuk menggarap proyek infrastruktur nasional.
"Kalau luar negeri memang, di kita ini pembangunan infratruktur nya agak tidak selaras dengan kebiasaan investor luar negeri membangun, kalau disana taat azas, kalau membangun itu tanahnya harus ada dulu," kata Herry dalam agenda "Quo Vadis Industri Beton Nasional: Potensi dan Tantangan dalam Proyek-Proyek Strategis, Rabu (26/7/2023).
Sementara, kesiapan tanah di Indonesia dilakukan bersamaan ketika pembangunan infrastruktur dimulai, sehingga dalam prosesnya pun cukup memakan waktu. Herry menilai kondisi ini yang membuat pemerintah sulit mengundang investor.
Baca Juga
Dengan kata lain, investor asing tidak begitu tertarik dengan proyek greenfield atau proyek baru yang dibangun dari awal. Sementara, pada proyek brownfield atau proyek eksisting untuk peningkatan dan perbaikan aset minat kontraktor swasta cukup tinggi.
"Tapi untuk proyek yang brown field tinggi minatnya, nah kalau swasta sendiri keinginannya besar, kita fasiltasi dengan struktur yang memang sejalan dengan kemampuan masing-masing swasta," ujarnya.
Tidak ada penilaian tertentu bagi kontraktor swasta, Herry menilai yang terpenting adalah mereka terbiasa dengan bisnis yang dikerjakan bersama dengan pemerintah.
Di sisi lain, dia tak menampik adanya keraguan dari kontraktor swasta untuk ikut masuk dalam proyek-proyek strategis infrastruktur. Pasalnya, selama ini kontraktor BUMN yang paling sering mengerjakan.
"Selama ini yang masuk hanya BUMN saja, tapi hari ini BUMN di hukum gak boleh bergerak sendiri, harus lebih di rem, mau gak mau kita undang mereka, sambil nanti BUMN nya recover, pada waktunya nanti semua tumbuh," terangnya.
Berdasarkan catatan PUPR, produsen beton pracetak dan prategang saat ini sebanyak 31 produsen, sebanyak 28 Badan Usaha PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan kapasitas produksi 24,2 juta ton per tahun dan 3 Badan Usaha asing dengan kapasitas 96.959 ton per tahun.
Herry memberikan tantangan kepada para kontraktor untuk menciptakan inovasi formula baru agar harga yang ditawarkan ke pasar lebih terjangkau sehingga dapat menjangkau berbagai sektor dengan lebih mudah.
Menurutnya, sektor jalan khususnya pengusahaan jalan tol kini mulai diminati para badan usaha sehingga minat tersebut perlu ditularkan ke berbagai sektor lain, seperti air minum dan perumahan.
"Kalau air minum memang nature dari industri yang berbeda, skala capex-nya lebih rendah dan investasinya lebih kecil sehingga lebih mudah. Housing juga lebih kecil tapi sangat related dengan beton. Saya menantang bagaimana mencari formula yang membuat harganya lebih affordable," pungkasnya.