Bisnis.com, JAKARTA - Operator LRT Jabodebek hingga kini masih menunggu penetapan tarif dari pihak Kementerian Perhubungan (Kemenhub).
Manajer Humas LRT Jabodebek Kuswardoyo memaparkan, besaran tarif untuk moda transportasi ini akan diatur oleh Kemenhub. Dia mengatakan, hingga kini operator belum menerima peraturan terkait penetapan tarif tersebut.
"Belum ada penetapan tarif dari Kemenhub, makanya kita tunggu saja bersama-sama," kata Kuswardoyo saat ditemui di Depo LRT Jabodebek, Bekasi Timur, Kamis (6/7/2023).
Kuswardoyo menuturkan, pihaknya juga telah memberikan usulan besaran tarif LRT Jabodebek kepada Kemenhub. Secara terperinci, dia mengatakan, tarif rata-rata yang diusulkan adalah Rp12.000 dengan tarif maksimal sebesar Rp25.000
Sementara itu, tarif LRT untuk 5 kilometer pertama diusulkan pada kisaran Rp5.000 hingga Rp7.000. Adapun, pihak LRT Jabodebek mengusulkan penambahan sebesar Rp850 hingga Rp1.200 per kilometer setelahnya.
Dia melanjutkan, besaran tarif juga akan bergantung pada besaran skema subsidi atau public service obligation (PSO) yang akan diberikan pemerintah. Semakin besar subsidi yang diberikan, maka tarif LRT Jabodebek juga akan semakin rendah.
Baca Juga
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal juga telah memberikan gambaran terkait besaran tarif LRT Jabodebek.
Risal menjelaskan, tarif termurah untuk LRT Jabodebek rencananya akan dipatok sebesar Rp5.000. Sementara itu, untuk perjalanan terjauh, penumpang akan dikenakan tarif di kisaran Rp20.000 hingga Rp25.000.
"Kalau dari ujung ke ujung akan di kisaran tersebut. Karena jarak dari Bekasi ke Dukuh Atas dan dari Cibubur ke Dukuh Atas tentunya berbeda," kata Risal.
Meski demikian, Risal tidak menyebutkan kapan regulasi yang mengatur penetapan tarif tersebut akan dikeluarkan. Risal juga enggan menyebutkan besaran subsidi atau public service obligation yang akan diberikan pada LRT Jabodebek.