Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan tetap mempertahankan suku bunga acuan pada tingkat 5,75 persen hingga akhir 2023 sejalan dengan tren inflasi yang semakin melandai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi pada Juni 2023 melandai ke tingkat 3,52 persen secara tahunan atau kembali dalam target sasaran inflasi BI 2-4 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan bahwa tingkat inflasi pada Juni 2023 yang tercatat lebih rendah dari perkiraan, sejalan dengan inflasi inti yang tetap terkendali serta kenaikan inflasi harga bergejolak yang cukup moderat.
BPS mencatat, inflasi inti pada Juni 2023 melandai ke tingkat 2,58 persen secara tahunan dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,66 persen secara tahunan.
Dengan perkembangan inflasi inti yang tetap terjaga di bawah 3 persen dan inflasi umum yang kembali ke tingkat di bawah 4 persen, BI dinilai memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan moneter.
Namun demikian, BI, kata Josua perlu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Hal ini mempertimbangkan arah kebijakan the Fed yang berpotensi kembali menaikkan suku bunga sekitar 25-50 basis poin ke depan.
Selain itu, BI juga diperkirakan masih akan melihat perkembangan inflasi, mengingat ada risiko peningkatan akibat El Nino.
“Masih terdapat potensi peningkatan inflasi pangan/harga bergejolak terutama dengan kemungkinan El Nino yang juga akan menimbulkan kekeringan yang selanjutnya akan mempengaruhi produktivitas tanaman pangan,” kata Josua kepada Bisnis, Senin (3/7/2023).
Dengan berbagai kondisi tersebut, menurut Josua, BI akan mempertimbangkan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 5,75 persen hingga akhir 2023.
“Dalam rangka memitigasi kenaikan inflasi pangan akibat El Nino serta menjangkar ekspektasi inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75 persen hingga akhir tahun,” jelasnya.