Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memperkirakan defisit APBN pada akhir 2023 dapat ditekan hingga mencapai Rp486,4 triliun atau setara dengan 2,28 persen dari PDB.
Proyeksi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan target APBN Tahun Anggaran 2023 sebesar 2,8 persen.
Defisit yang dapat ditekan hingga 2,28 persen dari PDB pada akhir 2023 didorong oleh penerimaan negara yang diperkirakan melampaui target, yaitu mencapai Rp2.637,2 triliun atau setara dengan 107,1 persen dari target APBN 2023.
“Proyeksi akhir APBN 2023 diperkirakan, penerimaan negara Rp2.637,2 triliun atau 107,1 persen target, 7,1 persen di atas target,” dikutip dari akun Instagram @smindrawati, Selasa (4/7/2023).
Sementara itu, belanja total diperkirakan mencapai Rp3.123,7 triliun pada akhir 2023, di atas target yang ditetapkan sebesar Rp3.061,2 triliun.
Di sisi lain, Sri Mulyani memperkirakan pembiayaan utang akan menurun hingga 41,6 persen atau berkurang Rp289,9 triliun dari target APBN 2023.
Baca Juga
Adapun hingga semester I/2023, APBN mencatatkan surplus sebesar Rp152,3 triliun dengan keseimbangan primer yang surplus sebesar Rp368,2 triliun.
Sri Mulyani menyampaikan, pendapatan negara hingga semester I/2023 terkumpul sebesar Rp1.407,9 triliun atau mencapai 57,2 persen dari target. Pendapatan negara tersebut tumbuh 5,4 persen secara tahunan.
Jika dirincikan, realisasi penerimaan pajak tercatat mencapai Rp970,2 triliun atau 56,5 persen dari target, meningkat sebesar 9,9 persen secara tahunan, utamanya ditopang oleh penerimaan PPh Badan yang tumbuh 26,2 persen dan PPN Dalam Negeri tumbuh 19,5 persen.
Selain itu, realisasi penerimaan bea cukai tercatat sebesar Rp135,4 triliun, serta penerimaan negara bukan pajak (PNBP) yang mencapai Rp302,1 triliun.
Belanja negara hingga semester I/2023 telah terealisasi sebesar Rp1.254,7 triliun atau mencapai 41,0 persen dari pag 2023. Belanja negara tersebut tumbuh sebesar 0,9 persen secara tahunan.