Bisnis.com, JAKARTA – Tingkat inflasi atau Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juni 2023 mencapai 3,52 persen secara tahunan, terendah sejak April 2022. Bank Indonesia (BI) yakin bahwa laju inflasi hingga Juni 2023 terus menurun sehingga kembali ke kisaran sasaran 2-4 persen, lebih cepat dari perkiraan semula.
Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono mengatakan kembalinya inflasi ke kisaran sasaran tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara BI dan pemerintah dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.
“BI meyakini inflasi tetap terkendali di dalam sasaran 2-4 persen pada sisa tahun 2023,” kata Erwin dalam keterangan resmi, Senin (3/7/2023).
Adapun, inflasi IHK pada Juni 2023 yang mencapai 0,14 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) terutama dipengaruhi oleh inflasi inti.
Inflasi inti tercatat sebesar 0,12 persen mtm, lebih tinggi dari bulan sebelumnya sebesar 0,06 persen mtm. Erwin mengatakan, perkembangan ini sejalan dengan meningkatnya mobilitas masyarakat seiring penambahan hari cuti bersama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Iduladha.
Komoditas utama penyumbang kenaikan inflasi inti yakni komoditas kontrak dan sewa rumah.
Baca Juga
Secara tahunan, inflasi inti Juni 2023 tercatat sebesar 2,58 persen yoy, lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen yoy.
Sejalan dengan itu, inflasi kelompok volatile food pada Juni 2023 menurun dibandingkan dengan perkembangan bulan sebelumnya. Kelompok volatile food mencatatkan inflasi sebesar 0,44 persen mtm, lebih rendah dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,49 persen mtm.
Perkembangan tersebut disumbang terutama oleh deflasi pada komoditas bawang merah dan minyak goreng didukung oleh pasokan yang terjaga.
Sementara itu, kelompok administered prices atau harga yang diatur pemerintah pada Juni 2023 mencatatkan deflasi sebesar 0,02 persen mtm, lebih rendah dibandingkan dengan deflasi pada bulan sebelumnya sebesar 0,25 persen mtm.
Deflasi kelompok administered prices ini dipengaruhi terutama oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi pada 1 Juni 2023.
Sementara itu, deflasi lebih dalam kata Erwin tertahan oleh inflasi tarif angkutan udara dan rokok kretek filter akibat peningkatan mobilitas saat libur HBKN IdulAdha dan transmisi kenaikan tarif cukai tembakau yang berlanjut.
Secara tahunan, kelompok administered prices mencatatkan inflasi sebesar 9,21 persen yoy, lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 9,52 persen yoy.