Bisnis.com, JAKARTA - Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) memperkirakan tingkat penghunian kamar hotel atau okupansi hotel jelang libur panjang sekolah tahun ini, periode Juni-Juli, bisa menyamai bahkan melebihi level 2019.
Ketua Umum PHRI Hariyadi B. Sukamdani menyampaikan, okupansi hotel yang meningkat ini lantaran suplai kamar yang bertambah, di samping permintaan yang juga bertambah.
“Perkiraan kami sudah bisa menyamai 2019 atau lebih. Trennya akan naik, kemungkinan besar itu akan sama, akan pulih seperti 2019,” kata Hariyadi saat ditemui di Sahid Hotels & Resorts, Senin (19/6/2023).
Perlu diketahui, pandemi Covid-19 yang sempat melanda Indonesia pada awal 2020 lalu turut memukul sektor perhotelan. Wilayah seperti Bali, Manado, Batam, dan Bintan disebut sebagai daerah yang paling terpuruk lantaran wilayah ini paling banyak bergantung pada wisatawan mancanegara.
Hariyadi menyebut, jika wilayah-wilayah tersebut dapat pulih tahun ini, maka tingkat okupansi hotel dapat meningkat lebih besar lagi.
Di 2023, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan kunjungan wisman ke Indonesia sebanyak 8,5 juta, sedangkan pada 2019, pemerintah menargetkan sebanyak 16 juta kunjungan. Adapun jumlah kunjungan wisman pada kuartal I/2023 tercatat 2,25 juta kunjungan atau naik 508,87 persen dibandingkan tahun lalu.
Baca Juga
“Jadi kita nunggu daerah yang didatangi oleh wisman, karena kendalanya masih ada, belum seperti 2019 untuk jumlah wisatawannya,” ujarnya.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan okupansi di hotel bintang pada April 2023 mencapai 41,37 persen, naik 7,14 poin secara tahunan (year on year/yoy) dan turun 4,88 poin secara bulanan (month to month/mtm).
Sedangkan, okupansi hotel nonbintang pada April 2023 mencapai 21,87 persen, meningkat 4,47 poin secara tahunan dan 0,61 poin secara bulan. Rata-rata lama tamu menginap di hotel bintang mengalami kenaikan sebesar 0,01 poin dibandingkan tahun lalu, yaitu mencapai 1,63 hari.