Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data neraca perdagangan, ekspor, dan impor pada Kamis (15/6/2023).
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz memperkirakan surplus neraca perdagangan akan turun signifikan pada periode Mei 2023 dibandingkan dengan periode bulan sebelumnya.
“Untuk neraca dagang Mei 2023 kami prediksi turun surplusnya ke US$1 miliar,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/6/2023).
Faiz mengatakan, penurunan surplus tersebut disebabkan oleh penurunan harga komoditas, terutama harga batu bara yang anjlok signifikan pada periode tersebut.
Selain itu, penurunan surplus juga dipicu oleh perlambatan ekonomi global yang berlanjut dan pembukaan China yang tidak sekuat perkiraan sebelumnya sehingga menyebabkan penurunan ekspor.
Di sisi lain, PMI manufaktur di dalam negeri yang masih ekspansif diperkirakan mendorong impor pada Mei 2023, terutama didorong oleh pelaku industri manufaktur yang melakukan restock inventory pasca Lebaran.
Baca Juga
Dia menyampaikan, berlanjutnya penurunan harga komoditas ke depan perlu terus diwaspadai dan berisiko mendorong berlanjutnya perlambatan ekspor.
“Kondisi ini akan membuat surplus neraca perdagangan terus menyusut. Kami lihat mungkin neraca dagang bisa berbalik defisit pada kuartal III,” kata Faiz.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei 2023 akan menyusut menjadi sebesar US$2,57 miliar.
Dia memperkirakan ekspor pada Mei 2023 akan mencatatkan pertumbuhan sebesar 1,1 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, kinerja ekspor tersebut diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -9,3 persen (year-on-year/yoy).
“Penurunan sejalan dengan perkembangan ekonomi global di mana harga komoditas ekspor cenderung turun dan kinerja perekonomian dari mitra dagang utama Indonesia yang cenderung melemah,” katanya.
Selain itu, aktivitas manufaktur mitra dagang Indonesia seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat cenderung mengalami penurunan ke fase kontraktif.
Di sisi lain, Josua memperkirakan impor pada Mei 2023 tumbuh sebesar 10,4 persen secara bulanan atau terkontraksi sebesar -9,0 persen secara tahunan.
“Secara umum, impor diperkirakan akan didorong oleh impor nonmigas di tengah kondisi aktivitas manufaktur Indonesia yang tercatat masih ekspansif,” kata dia.