Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Perdagangan Mei 2023 Diramal Anjlok, Ini Pemicunya

Ekonom Bank Pertama meramal surplus neraca perdagangan akan anjlok pada Mei 2023. Ini pemicunya.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan neraca perdagangan pada Mei 2023 akan membukukan surplus sebesar US$2,57 miliar.

Capaian surplus tersebut menurun jika dibandingkan dengan surplus pada April 2023 sebesar US$3,94 miliar, terutama dipicu oleh kinerja ekspor dan impor yang tertahan. 

Padahal, secara historis, Josua mengatakan bahwa kinerja ekspor dan impor cenderung kembali normal pasca faktor musiman Idulfitri dan libur Lebaran, di mana volume perdagangan cenderung menurun karena hari kerja produktif yang lebih sedikit. 

Dia memperkirakan ekspor pada Mei 2023 tumbuh sebesar 1,1 persen secara bulanan (month-to-month/mtm). Secara tahunan, kinerja ekspor diperkirakan terkontraksi sebesar -9,3 persen (year-on-year/yoy).

“Penurunan sejalan dengan perkembangan ekonomi global di mana harga komoditas ekspor cenderung turun dan kinerja perekonomian dari mitra dagang utama Indonesia yang cenderung melemah,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/6/2023).

Josua merincikan, komoditas yang mengalami penurunan harga pada Mei 2023 diantaranya CPO sebesar -11,3 persen mtm, batu bara -15 persen mtm, dan nikel sekitar -6,8 persen mtm. 

“Sementara itu, aktivitas manufaktur dari mitra dagang Indonesia seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat cenderung mengalami penurunan ke fase kontraktif,” jelasnya.

Di sisi lain, Josua memperkirakan impor pada Mei 2023 tumbuh sebesar 10,4 persen secara bulanan atau terkontraksi sebesar -9,0 persen secara tahunan. 

“Secara umum, impor diperkirakan akan didorong oleh impor nonmigas di tengah kondisi aktivitas manufaktur Indonesia yang tercatat masih ekspansif,” kata dia.

Kondisi inflasi China yang cenderung rendah, bahkan Indeks Harga Produsen China yang mengalami deflasi pada Mei 2023 juga akan berimplikasi pada potensi penurunan harga barang-barang dari China, sehingga berpotensi mendorong peningkatan impor. 

Oleh karenanya, Josua menambahkan penurunan surplus perdagangan Indonesia pada Mei 2023 juga terefleksi dari penurunan surplus perdagangan antara Indonesia dan China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper