Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

APBN Terakhir Jokowi Bidik Pertumbuhan Ekonomi 5,7 Persen di 2024, Realistis?

Ekonom menilai asumsi dasar makro yang disusun pemerintah untuk 2024 dinilai cukup realistis, namun target pertumbuhan ekonomi dianggap terlampau optimistis.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Gedung bertingkat di jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan. JIBI/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA – Memasuki periode akhir kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 – 5,7 persen pada 2024. Akan tetapi, angka pertumbuhan itu dinilai tidak realistis untuk dicapai.

Target itu tertuang dalam dokumen kerangka kebijakan ekonomi makro dan pokok-pokok kebijakan fiskal (KEM PPKF), yang menjadi dasar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2024.

Selain pertumbuhan ekonomi, pemerintah juga menargetkan inflasi dalam negeri berada di level 1,5 – 3,5 persen pada 2024. Selanjutnya, nilai tukar rupiah berada di kisaran Rp14.700 – Rp15.300 per dolar Amerika Serikat (AS) dengan SBN 10 tahun antara 6,49 – 6,91 persen.

Ekonom Markoekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan asumsi dasar makro yang disusun pemerintah untuk tahun depan dinilai cukup realistis. Namun, dia menilai target pertumbuhan ekonomi yang dipatok pada 2024 dinilai terlampau optimistis.

“Mungkin di bagian pertumbuhan ekonomi ini saya melihat agak optimistis. Dugaan kami, pertumbuhan ekonomi ada di kisaran 5 – 5,3 persen,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (25/5/2023).

Jika dilihat dari sudut pandangan pertumbuhan ekonomi, Riefky mengatakan ada sejumlah tantangan untuk mencapai target tersebut, di antaranya, terkait upaya pemerintah mendorong kenaikan investasi dan pertumbuhan nilai ekspor.

Dia menambahkan bahwa nilai ekspor Indonesia sejauh ini sangat bergantung pada komoditas. Pada saat bersamaan, tahun ini, harga komoditas berangsur-angsur termoderasi.

“Kami melihat nilai komoditas terus menurun, maka kemudian ini dampaknya ekspor kita relatif terus melemah. Jadi, ini salah satu tantangan yang pemerintah perlu pikirkan agar bagaimana caranya nilai pertumbuhan ekonomi kita dapat mencapai target,” tuturnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan ketahanan ekonomi dalam negeri hingga saat ini tetap terjaga, dengan pertumbuhan ekonomi 5,03 persen pada kuartal I/2023. Seiring dengan hal itu, laju inflasi juga mengalami penurunan 4,33 persen.

“Pertumbuhan ekonomi dan inflasi Indonesia merupakan salah satu yang terbaik, tidak hanya di Asean namun juga di G20,” ujarnya dalam Rapat Paripurna, pekan lalu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper