Bisnis.com, BANDUNG — Pemerintah tengah berupaya untuk mengantisipasi peningkatan kemiskinan akibat program pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara lewat alokasi pendanaan Just Energy Transition Partnership (JETP).
Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati mengatakan rencana alokasi JETP untuk mengantisipasi lonjakan kemiskinan itu menjadi krusial lantaran sebagian provinsi penghasil batu bara terbesar belakangan menunjukkan angka kemiskinan di atas 10 persen.
“Pada saat kita bicara mengenai early retirement dari batu bara, kita harus memikirkan juga bagaimana pendapatan kita dari provinsi-provinsi dan kabupaten-kabupaten yang kaya akan sumber daya tambang bisa kemiskinannya tidak meningkat,” kata Vivi saat diskusi publik yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) seperti dikutip dari siaran pers, Sabtu (20/5/2023).
Menurut Vivi, JETP bisa dimanfaatkan untuk memberdayakan masyarakat sekitar dengan transitioning jobs, yang didasarkan pada batu bara dan beralih pada energi yang bersih.
Hal tersebut dilakukan lewat pelatihan, pendampingan dan didukung oleh pemerintah. Dia mengatakan pendanaan JETP itu mesti dioptimalkan untuk tetap menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah komitmen transisi energi saat ini.
“JETP sebagai katalis kita untuk mengakselerasi semua effort, at least 7 persen untuk kita keluar dari middle income trap, tapi energinya harus bersih,” kata dia.
Baca Juga
Gigih Udi Atmo, Direktur Konservasi Energi, Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Ketahanan Energi Kementerian ESDM memaparkan perencanaan proyek-projek di bawah naungan JETP serta proyeksi penyelarasan dengan target transisi energi Indonesia.
Jika bicara mengenai key performance indicator (KPI), lanjutnya, Indonesia bukan cuma memastikan bahwa prinsip-prinsip just transition, net-zero emission, tetapi juga nature-positive.
"Kami ingin mengurangi CO2 emissions melalui pengembangan EBT, efisiensi energi, dan transformasi ke clean fuels, tetapi kita juga memastikan bahwa itu in-line dengan kelestarian lingkungan dan alam. Prinsip nature-positive itu sangat penting," imbuhnya.
Sementara itu, Peneliti BRIN dan The Habibie Center Eniya Listiani Dewi menilai efek dari multifunction economy dari program JETP ini harus terasa sampai ke pelosok. Menurutnya, JETP harus didukung, tidak hanya oleh pemerintah atau peneliti, tetapi masyarakat luas.
"Saya ingin menyebutkan local champion, karena di daerah-daerah itu perlu SDM dengan kualitas yang tinggi yang bisa menularkan dan bisa membantu sustainability-nya. Sekarang banyak didengar PLTS mangkrak karena tidak ada maintenance dari local people. Ini sangat penting untuk didukung oleh semua bagian dari kita," imbuhnya.
Adhityani Putri, Spesialis Komunikasi dari Sekretariat JETP mengungkapkan pada 16 agustus 2023, CIPP akan mengeluarkan peta jalan untuk setiap investment area dan juga mengerucut ke projek, financing instruments yang akan diidentifikasi. Dia mengatakan itu semua akan tercakup dalam CIPP.
"Kamiperlu dukungan untuk memastikan bahwa, bukan hanya JETP tapi transisi energi pada umumnya, menarik investasi dan kapasitas teknis untuk mencapai target tersebut dan transisi energi bisa menjadi ‘the hottest since slice bread’ sesuatu yang banyak diminati digemari di lingkungan luas untuk bisa memaksimalkan dukungan kita," ungkapnya.