Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia mengeluarkan hasil Suveri Harga Properti Residensial (SHPR) kuartal I/2023 yang menunjukkan penurunan penjualan properti hunian yang cukup besar dibandingkan kuartal sebelumnya.
Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI), Erwin Haryono, mengatakan penjualan properti residensial terkontraksi sebesar 8,26 persen (yoy) pada triwulan I 2023, lebih rendah dari penjualan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 4,54 persen (yoy).
Penurunan penjualan properti residensial di pasar primer mulai terlihat pada kuartal IV/2022, di mana properti residensial tumbuh 4,54 persen, sebelumnya penjualan properti berada di angka 13,58 persen (yoy) pada triwulan III 2022.
"Perkembangan penjualan pada triwulan I 2023 yang menurun disebabkan oleh terkontraksinya penjualan rumah kecil dan besar masing-masing sebesar 15,64 persen (yoy) dan 6,52 persen (yoy)," kata Erwin dalam keterangan resminya, Rabu (17/5/2023).
Secara triwulanan, penjualan pada triwulan I 2023 juga mengalami kontraksi sebesar 11,03 persen (qtq). Kontraksi penjualan rumah secara triwulanan tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan rumah tipe kecil dan tipe besar masing-masing sebesar 17,69 persen (qtq) dan 15,10 persen (qtq).
Sementara itu, penjualan rumah tipe menengah secara triwulanan tumbuh 5,01 persen (qtq), kembali tumbuh positif setelah triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 19,50 persen (yoy).
Baca Juga
Dalam survei BI tersebut juga menunjukkan sejumlah faktor yang menghambat penjualan properti residensial primer di antaranya yaitu kenaikan harga bahan bangunan (25,05 persen dari jawaban responden).
Kemudian kendala perizinan atau birokrasi (14,71 persen), suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR) yang mulai meningkat (14,71 persen), proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (11,17 persen) dan Perpajakan (8,81 persen).
Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia mengindikasikan bahwa perkembangan harga properti residensial di pasar primer pada triwulan I 2023 meningkat terbatas.
"Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan I 2023 tercatat sebesar 1,79 persen (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan 2 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," ujarnya.
Hasil survei juga menunjukkan bahwa pembiayaan nonperbankan masih menjadi sumber pembiayaan utama untuk pembangunan properti residensial. Pada triwulan I 2023, sebesar 73,31 persen dari total kebutuhan modal pembangunan proyek perumahan berasal dari dana internal.
Sementara itu, dari sisi konsumen, fasilitas KPR masih menjadi pilihan utama dalam pembelian properti residensial dengan pangsa sebesar 74,83 persen dari total pembiayaan.
Pada triwulan I 2023, pertumbuhan total nilai kredit KPR dan KPA secara tahunan tercatat sebesar 7,25 persen (yoy), sedikit menurun dibanding 7,79 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.
Sementara itu, penyaluran KPR dan KPA secara triwulanan tercatat sebesar 1,68 persen (qtq), melambat dibanding triwulan IV 2022 yang tumbuh 2,77 persen (qtq).