Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Syarat Korsel Buat Jokowi Agar LG Tetap Investasi Proyek Baterai EV

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia menyampaikan Korea Selatan meminta perhatian khusus kepada Presiden Jokowi terkait investasi LG di proyek baterai EV.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.
Ilustrasi pengguna sedang mengisi baterai mobil listrik./ Dok. Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Korea Selatan (Korsel) meminta Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk mencari solusi atas kebijakan Undang-Undang (UU) Penurunan Inflasi atau Inflation Reduction Act (IRA) Amerika Serikat yang telah mengubah peta investasi global saat ini.

Permintaan itu disampaikan berkaitan dengan komitmen konsorsium LG Energy Solution (LG) agar tetap berinvestasi pada sisi penghiliran bijih nikel menjadi baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dalam usaha patungan bersama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC). 

“Tadi pemerintah Korea Selatan juga minta perhatian khusus ke Presiden [Jokowi] menyangkut dengan perjanjian kita dengan Amerika Serikat, menyangkut IRA, rantai pasok,” kata Menteri Investasi Bahlil Lahadalia selepas menemani Jokowi bertemu dengan 16 delegasi perwakilan pemerintah dan pengusaha Korea Selatan di Istana Negara, Jakarta, Senin (15/5/2023). 

Bahlil menuturkan kekhawatiran Korea Selatan itu relatif beralasan menyusul kebijakan Amerika Serikat yang belakangan cukup agresif untuk mengimbangi persaingan dagang serta investasi penghiliran mineral kritis serta pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dari beberapa negara kompetitor, seperti China dan Uni Eropa. 

Penggunaan komponen baterai berbahan baku mineral kritis yang berasal dari Indonesia dikhawatirkan tidak akan mendapat insentif kredit pajak IRA AS. Alasannya, Indonesia belum memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan AS dan dominasi perusahaan China dalam industri hulu bijih nikel di dalam negeri.

“Global sekarang dalam kondisi tarik menarik kepentingan, akhir-akhir ini Amerika Serikat dan Eropa mulai berpikir bahwa salah satu negara yang investasinya kalau terlalu banyak cenderung keberpihakannya itu akan dikenakan pajak dumping di sana,” kata Bahlil. 

Kendati demikian, dia mengatakan, pemerintah Indonesia telah mencari sejumlah solusi untuk mengatasi dampak lanjutan dari kebijakan IRA khususnya pada rencana investasi konsorsium LG di Indonesia. 

“Tapi Indonesia dalam posisi tidak didikte oleh negara mana saja, kita posisinya adalah negara yang terbuka kita berkawan pada semuanya, kita adalah tugasnya dagang,” tuturnya. 

Adapun, konsorsium LG lewat HoA yang ditandatangani pada awal 2021 lalu menggandeng beberapa rekanan produsen dan manufaktur yang mayoritas berbasis di Korea Selatan, seperti LG Energy Solution, LG Chem, LG Internasional dan Posco. Sedangkan satu mitra mereka berasal dari China, yakni Huayou Holding. 

Saat itu, Konsorsium LG berkomitmen untuk berinvestasi sekitar US$8 miliar atau setara dengan Rp122,79 triliun pada penghiliran bijih nikel menjadi baterai listrik lewat Proyek Titan.

Seperti diberitakan sebelumnya, LG dikabarkan sempat ingin menarik komitmen investasi di usaha patungan IBC pada sisi hilir setelah implementasi UU IRA Amerika Serikat awal tahun ini. 

LG disebutkan tidak tertarik untuk berinvestasi lebih lanjut hingga tingkat pabrikan baterai listrik seperti yang ditawarkan dalam perjanjian usaha patungan bersama IBC. Bahkan, LG menyerahkan negosiasi kepada rekanan konsorsium mereka Huayou Holding.

Direktur Utama PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Nico Kanter mengatakan, manuver LG yang belakangan mengubah komposisi anggota konsorsiumnya itu disebabkan karena implementasi IRA yang diterbitkan pemerintah Amerika Serikat pertengahan tahun lalu.  

“Maunya ada diversifikasi ya, mitra kita tidak semua China, kan dengan Amerika Serikat memberlakukan IRA yang perusahaan China itu ada pembatasanlah ya,” kata Nico saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/4/2023) malam.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper