Bisnis.com, JAKARTA — PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN bakal membuka kembali lelang 1,5 gigawatt (GW) pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) pada periode semester kedua tahun ini.
Executive Vice President for New and Renewable Energy PLN Cita Dewi mengatakan lelang lanjutan pembangkit berbasis EBT itu menjadi komitmen perusahaan untuk mengakomodasi minat yang tinggi dari produsen listrik swasta atau independent power producer/IPP yang belakangan tumbuh signifikan.
“Kami berencana untuk membuka kembali lelang 1,5 GW semester depan untuk energi baru seperti hidro, fotovoltaik, begitu juga angin, kami tidak ragu untuk membuka lebih besar, bergantung pada kondisi sistem kita,” kata Cita di Jakarta, Rabu (10/5/2023).
Seperti diketahui, PLN menargetkan kapasitas terpasang pembangkit energi terbarukan dapat mencapai 28,9 GW hingga 2030 mendatang. Sesuai Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021 - 2030, PLN akan menambah kapasitas pembangkit EBT sebesar 20,9 GW.
Lewat RUPTL itu, pengembangan EBT lebih banyak didominasi oleh pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang mencapai 10,4 GW. Selain itu, pemasangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) juga akan digenjot dengan total penambahan kapasitas terpasang 4,7 GW hingga 2030.
“Saat ini 5,9 GW dalam tahap konstruksi dan pembiayaan, sementara 1,2 GW dalam tahap pengadaan, kami memiliki intensi untuk merangkul IPP dalam pengembangan EBT ini,” kata dia.
Baca Juga
Di sisi lain, dia menambahkan, saat ini calon investor atau IPP yang berminat untuk membangun kapasitas EBT baru mesti terdaftar pada catatan milik PLN. Berdasarkan catatan itu, dia menuturkan sudah terdapat banyak investor yang berminat untuk berinvestasi pada pembangkit EBT di Tanah Air mendatang.
Hanya saja, dia menambahkan, perusahaan setrum pelat merah itu saat ini masih mengalami kesulitan untuk mendapatkan pinjaman serta bantuan pembiayaan murah untuk meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit EBT. Situasi itu, kata dia, membuat upaya peningkatan bauran energi bersih di sistem kelistrikan PLN menjadi sulit untuk dikerjakan.
“Kita memiliki kebutuhan investasi yang besar untuk EBT hanya saja pembiayaan murah masih menjadi isu, tapi jangan khawatir kami akan buka lelang baru yang lebih banyak,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengajak mitra bisnis dan lembaga keuangan untuk ikut berkolaborasi dalam pembiayaan transisi energi di Indonesia.
Arifin menuturkan Indonesia membutuhkan pembiayaan sebesar US$1 triliun untuk investasi menuju energi baru dan terbarukan (EBT) pada 2060. Selain itu, Arifin menambahkan, biaya transisi energi itu berpotensi meningkatkan seiring diterapkannya pensiun dini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara yang dimulai tahun ini.
"Pembiayaan transisi energi makin meningkat karena kami akan menerapkan pensiun dini pembangkit listrik tenaga batu bara yang membutuhkan biaya besar untuk membayar kembali pinjaman dan bunga kepada pengembang," kata Arifin saat menghadiri acara Roundtable Discussion "a Just Energy Transition and Financing" yang diselenggarakan United Nations Development Programme (UNDP) di Grand Hyatt Hotel, Jakarta, Kamis (13/10/2022).