Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri memperkirakan perekonomian Indonesia pada kuartal II/2023 akan tumbuh lebih ekspansif dibandingkan dengan kuartal I/2023.
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menyampaikan bahwa sejumlah leading indicators terus menunjukkan perbaikan pada April 2023.
Pertama, konsumsi domestik yang masih cukup terjaga, terutama dengan adanya momentum Ramadan dan Idulfitri. Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang menguat ke level 126,1 pada April 2023.
Kedua, penguatan pemulihan ekonomi juga terlihat pada belanja masyarakat. Hingga 26 April 2023, indeks nilai belanja Mandiri Spending Index (MSI) tercatat mencapai 156,7, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Selain itu, frekuensi belanja pada periode tersebut mengalami kenaikan yang signifikan. Hingga akhir April 2023, frekuensi belanja masyarakat mencapai 280,7.
Ketiga, laju inflasi di dalam negeri terjaga dan mulai menurun. Hal ini dikarenakan koordinasi yang baik antar otoritas dalam menjaga kestabilan harga. Oleh karenanya, laju inflasi diperkirakan akan kembali ke sasaran target Bank Indonesia sebesar 2-4 persen.
Baca Juga
Keempat, PMI manufaktur Indonesia ekspansif ke tingkat 52,7 pada April 2023. Tingkat PMI manufaktur tersebut merupakan yang tertinggi dalam 7 bulan terakhir.
“Kami masih optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,07 persen secara tahunan pada kuartal II/2023, lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal I/2023,” katanya dalam acara Presentasi Macroeconomic Outlook Bank Mandiri, Selasa (9/5/2023).
Dian mengatakan, dari sisi fiskal, pemerintah terus berupaya mendukung perekonomian melalui alokasi anggaran untuk infrastruktur, pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), dan berlanjutnya program hilirisasi.
Sementara itu, dari sektor perbankan, pertumbuhan penyaluran kredit juga diperkirakan masih sehat. Pada Maret 2023, pertumbuhan kredit tercatat mencapai 9,9 persen secara tahunan, meski melambat dibandingkan dengan posisi pada akhir 2022 yang sebesar 11 persen yoy.
Di sisi lain, dari sisi global, Dian mengatakan bahwa perekonomian dunia masih menghadapi risiko ketidakpastian yang besar.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah bank di Amerika Serikat (AS) dan Eropa yang mengalami kebangkrutan, berimbas pada ekonomi dunia dan menimbulkan gejolak pada pasar keuangan global.
Namun demikian, dampak tersebut dapat diminimalisir berkat respons yang cukup cepat dari otoritas keuangan di AS.
Lebih lanjut krisis perbankan di AS itu juga menimbulkan sentimen negatif pada perekonomian AS dan memicu pelemahan dolar AS. Hal ini memicu sentimen positif dan capital inflows ke negara-negara Emerging Market.