Bisnis.com, INCHEON – Presiden Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) Masatsugu Asakawa menekankan tiga arah operasional pada tahun ini.
Bank pembangunan multilateral itu pada tahun lalu memberikan komitmen sebesar US$20,5 miliar a.l. dalam bentuk pinjaman, hibah, investasi ekuitas, jaminan, dan bantuan teknis.
Pertama, ADB akan meningkatkan sumber pinjaman dan meningkatkan mobilisasi modal swasta untuk mendukung negara berkembang anggota ADB (DMCs) menghadapi berbagai krisis.
Peninjauan berkelanjutan terhadap Kerangka Kerja Kecukupan Modal (Capital Adequacy Framework) ADB akan mempersiapkan bank itu mengoptimalkan neraca mereka dan berpotensi meningkatkan kapasitas pinjaman mereka.
Melalui pinjaman berbasis kebijakan berkualitas tinggi dan modalitas lain, ADB akan memberikan dukungan countercyclical dan bantuan darurat.
“Ini akan membantu DMC mengelola krisis dan melakukan reformasi yang membangun ketahanan—misalnya, melalui peningkatan mobilisasi sumber daya domestik,” kata Asakawa kepada Dewan Gubernur pada Pertemuan Tahunan Ke-56 ADB.
Baca Juga
Kedua, sebagai bank iklim untuk Asia dan Pasifik, ADB akan memberikan pendanaan, pengetahuan, dan kemitraan yang inovatif. ADB meluncurkan IF-CAP pada pertemuan tahunan ini.
ADB sedang mengembangkan Climate Change Action Plan (Rencana Aksi Perubahan Iklim) untuk mengubah operasi kami dalam mendukung sasaran iklim DMC.
“Kita sedang mengujicobakan Energy Transition Mechanism untuk menghentikan atau menggunakan kembali batu bara dan aset tenaga bahan bakar fosil lainnya.”
ADB juga akan terus mendorong kerja sama dan integrasi kawasan, yang sangat penting untuk berinvestasi pada barang publik global seperti mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
Ketiga, ADB akan terus memprioritaskan anggota dan populasi yang sedang berkembang yang paling membutuhkan.
ADB, lanjut Asakawa, berkomitmen untuk tidak meninggalkan langkah-langkah perlindungan sosial untuk kelompok miskin dan rentan, fokus pada kebutuhan perempuan dan anak perempuan, kebutuhan untuk membangun sistem pangan yang tangguh dan berkelanjutan, dan anggota yang berpenghasilan rendah, terpengaruh konflik, dan hidup di pulau-pulau kecil yang menghadapi kerentanan tinggi.