Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kinerja Ekspor Maret 2023 Bakal Terkontraksi, Imbas Harga Komoditas

Pertumbuhan ekspor Indonesia berpotensi terkontrasi 5,29 persen secara tahunan di tengah penurunan harga komoditas.
Ekspor - freepik
Ekspor - freepik

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memproyeksikan kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2023 akan kembali mengalami penurunan karena pengaruh melemahnya harga komoditas. 

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman mengatakan bahwa pertumbuhan ekspor Indonesia berpotensi terkontrasi 5,29 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) di tengah penurunan harga komoditas. Sementara secara bulanan atau month-to-month (mtm) akan meningkat.

“Namun, secara bulanan, [ekspor] tumbuh sebesar 17.38 persen [mtm], dibandingkan dengan -4.15 persen [mtm] di Februari 2023, karena membaiknya permintaan di China,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (14/4/2023). 

Faisal mengatakan membaiknya permintaan China seiring dengan pencabutan zero covid policy sehingga dapat dilihat dari impor China yang lebih tinggi dari Indonesia, yaitu sebesar 8,63 persen (mtm) pada Maret 2023 dan -6,12 persen (mtm) pada Februari 2023).

Hal serupa juga akan terjadi pada kondisi impor, di mana diperkirakan akan terkontraksi 7,67 persen (yoy) pada Maret 2023. 

Hal tersebut karena sejalan dengan penurunan biaya bahan baku, termasuk minyak. Adapun, bila melihat kinerja secara bulanan akan tetap meningkat dari periode sebelumnya karena didorong oleh permintaan yang tinggi selama Ramadan dan Idulfitri 2023. 

Meski diproyeksikan akan turun, Faisal berharap Indonesia akan melanjutkan tren surplus neraca dagang pada Maret 2023. 

Namun, dirinya juga melihat terdapat potensi berubahnya kondisi neraca transaksi berjalan pada 2023 menjadi defisit yang tetap terkendali, sehingga mendukung stabilitas sektor eksternal. 

“Kami terus mengantisipasi bahwa neraca transaksi berjalan Indonesia akan berubah menjadi defisit dan dapat dikelola sekitar 1,10 persen dari PDB pada 2023 atau masih di bawah 3 persen dari defisit PDB,” ujarnya. 

Faisal berpandangan bahwa pertumbuhan ekspor cenderung melambat akibat penurunan harga komoditas yang didorong oleh permintaan global yang melemah di tengah tingginya inflasi dan berlanjutnya kenaikan suku bunga kebijakan.

Di sisi lain, pertumbuhan impor akan lebih kuat karena permintaan domestik cenderung terus menguat, terutama pada paruh kedua 2023.

Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor impor pada Februari 2023 kompak turun. Nilai impor Februari 2023 sebesar US$15,92 miliar atau turun 13,68 persen (mtm) dibanding Januari 2023 sebesar US$18,44 miliar. Sementara nilai ekspor Indonesia pada periode yang sama mencapai US$21,40 miliar atau turun 4,15 persen (mtm).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper