Bisnis.com, JAKARTA - Di masa akhir kekuasaan, pemerintahan Presiden Jokowi berupaya memperbesar ukuran anggaran. APBN 2024 akan gemuk di sisi anggaran pendidikan dan kesehatan. Demikian pula dengan anggaran pelindungan sosial dan infrastruktur. Semuanya mendapat alokasi yang lebih besar dari APBN sebelumnya.
Berita bertajuk APBN 2023, Memperbesar Size Anggaran di Akhir Kekuasaan menjadi salah satu kabar pilihan editor BisnisIndonesia.id. Selain berita tersebut, sejumlah sajian menarik lainnya turut terhidang dari meja redaksi BisnisIndonesia.id.
Berikut ini sorotan utama Bisnisindonesia.id, Ahad (09/1/2023):
1. APBN 2024, Memperbesar Size Anggaran di Akhir Kekuasaan
Di masa akhir kekuasaan, pemerintahan Presiden Jokowi berupaya memperbesar ukuran anggaran. APBN 2024 akan gemuk di sisi anggaran pendidikan dan kesehatan. Demikian pula dengan anggaran pelindungan sosial dan infrastruktur. Semuanya mendapat alokasi yang lebih besar dari APBN sebelumnya.
Anggaran pendidikan di APBN 2024 diperkirakan mencapai Rp643,1 triliun hingga Rp695,3 triliun. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dalam sejarah anggaran pendidikan di Indonesia.
“Sekarang belanja pendidikan saja akan mencapai Rp643,1 triliun hingga Rp695,3 triliun, menggambarkan betapa size APBN kita naik, belanja meningkat, dan kita mengharapkan hasil dari berbagai belanja itu menghasilkan dampak kualitas pembangunan yang meningkat,” jelas Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2023, Kamis (8/4/2023).
Sri Mulyani membandingkan alokasi anggaran pendidikan saat dia menjabat sebagai Menteri Bappenas pada 2004 dan Menteri Keuangan pada 2005. Saat itu, total anggaran belanja pemerintah hanya Rp495 triliun.
2. Ekspektasi Bullish Harga Komoditas Energi, Seberapa Kuat?
Sejumlah komoditas energi seperti minyak mentah, batu bara, hingga gas alam bergerak melandai, meskipun masih berpotensi menguat pada kuartal II/2023. Keadaan suhu di Amerika Serikat dan sebagian besar negara Eropa yang di luar dugaan jauh lebih hangat pada awal tahun masih menjadi sentimen kuat fluktuasi harga.
Situasi tersebut, menurut Development ICDX Girta Yoga membuat permintaan bahan bakar di musim digin turun di bandingkan dari biasanya. Faktor lainnya adalah penerapan embargo produk turunan minyak Rusia yang gagal membuat pasokan Rusia terganggu, hingga kepanikan di sektor perbankan global pasca kejatuhan beberpa bank besar dunia.
Selain itu, menjelang akhir penutupan kuartal pertama, sinyal-sinyal itu untuk harga energi cenderung mengangkat harga energi. Dengan begitu, ekspektasi bullish terhadap harga komoditas energi dapat terjadi pada kuartal II/2023.
Yoga menjelaskan untuk kuartal II/2023, pasar akan fokus pada implementasi dari komitmen pemangkasan produksi OPEC+ sebesar 3,66 juta bph atau setara 3,7 persen dari total pasokan global.
3. Prospek Saham TLKM dari Merger IndiHome dan Telkomsel
Penggabungan dua entitas bisnis PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) menjadi satu entitas terintegrasi, yakni IndiHome dan Telkomsel, bakal segera rampung dalam waktu dekat. Kinerja bisnis bakal makin lincah, sehingga saham TLKM pun berpeluang terapresiasi.
Kabar yang sudah santer terdengar beberapa bulan terakhir tersebut bakal segera terealisasi, setidaknya pada kuartal III tahun ini, seiring dengan telah ditandatanganinya Perjanjian Pemisahan Bersyarat (Conditional Spin-Off Agreement atau CSA) pada Kamis (6/4/2023) pekan ini.
IndiHome akan dipisahkan dari Telkom untuk kemudian digabungkan ke dalam Telkomsel. Ini merupakan bagian dari rencana Telkom untuk melakukan restrukturisasi korporasi dan transformasi bisnis melalui pemisahan tidak murni (spin off) atas segmen usaha IndiHome.
Direktur Utama Telkom Indonesia, Ririek Adriansyah, menjelaskan bahwa ada dua hal yang ingin dicapai dari aksi korporasi tersebut.
4. Bertahan di Posisi Tinggi, Emiten Emas Kian Mengilap
Proyeksi harga komoditas logam mulia yang masih tinggi menjadi katalis positif bagi emiten emas menarik investor saham. Meskipun harga emas sempat menurun, namun nilainya masih di posisi tinggi.
Harga emas sempat turun pada perdagangan Kamis (6/4/2023), meskipun nilainya masih di atas US$2.000 per troy ons. Seiring dengan hal tersebut, pelaku investor diperkirakan akan melirik emiten berbasisi komoditas emas untuk menjadi salah satu instrumen investasi, melihat emas sebagai aset safe haven.
Kondisi itu diamini oleh Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta. Menurutnya secara teknikal harga emas masih memiliki potensi menguat kembali sekalipun The Fed bersikap dovish. Di sisi lain, para pejabat the Fed menghendaki kenaikan suku bunga Belum lagi suku bunga The Fed masih 5 persen, masih di bawah median yang ditetapkan oleh The Fed di 5,1 persen.
“Selain itu, The Fed memperkirakan adanya kondisi global banking turmoil memberikan efek terhadap sentimen peningkatan kemungkinan resesi. Jadi wajar membuat harga emas mengalami uptrend. Karena emas bersifat safe haven. Dengan kemungkinan resesi tinggi, harga emas terus dilirik,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (6/4/2023).
5. Membaca Makna Konsolidasi Vale Indonesia (INCO) ke dalam MIND ID
Transaksi crossing atau transaksi tutup sendiri bernilai jumbo atas saham PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) senilai Rp12,37 triliun oleh holding tambang BUMN terlihat tidak begitu direspons baik oleh investor pekan ini.
Transaksi terjadi pada Kamis (6/4/2023) di harga Rp6.404 per saham, berada di bawah harga pembuka saham INCO di level Rp6.650. Kabar tersebut sontak menyeret pelemahan saham INCO cukup tajam hari itu, yakni -3,76 persen ke level Rp6.400.
Pelemahan tersebut menjadikan saham INCO terpantau turun dalam 3 hari beruntun pekan ini. Sepanjang tahun berjalan 2023, saham INCO tercatat sudah turun 9,86 persen year-to-date (YtD).
Belakangan, terkonfirmasi bahwa aksi tersebut dilakukan oleh Holding Industri Pertambangan atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) yang mengambil alih saham INCO dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum.