Bisnis.com, JAKARTA - Para pejabat Federal Reserve (The Fed) menantikan data tenaga kerja dan upah pada hari ini, Jumat (7/4/2023) di tengah upaya mengendalikan lapangan kerja untuk menekan inflasi.
Para ekonom mengantisipasi respons kebijakan The Fed ke depannya terhadap data tenaga kerja yang akan dirilis, di tengah pergeseran fokus mereka dari inflasi menjadi stabilitas pasar keuangan bulan ini.
Dilansir dari Reuters pada Jumat (7/4/2023), Dengan hasil terburuk untuk sektor keuangan yang tampaknya telah dihindari, saat ini fokus kembali ke ekonomi riil, termasuk lapangan kerja dan pertumbuhan upah yang diperkirakan tetap di atas target inflasi 2 persen.
Para ekonom memperkirakan adanya penambahan 239.000 lapangan kerja pada Maret, dengan upah per jam naik 4,3 persen per tahun dan tingkat pengangguran tetap di 3,6 persen.
Sebagai perbandingan, pertumbuhan data tenaga kerja pada dekade sebelum pandemi Covid-19 rata-rata sekitar 180.000 per bulan, dan pertumbuhan upah tetap mendekati kisaran 2-3 persen. The Fed memandang angka ini konsisten terhadap kenaikan indeks harga pengeluaran pribadi (PCE) sebesar 2 persen per tahun.
Indeks harga PCE naik 5 persen per tahun per Februari, atau 4,6 persen jika tidak termasuk harga makanan dan energi. Angka ini masih terlalu tinggi dibandingkan target the Fed dan pemulihan baru terjadi perlahan dalam beberapa bulan terakhir.
Baca Juga
Kepala ekonom EY Parthenon Gregory Daco mengantisipasi pertumbuhan lapangan kerja mungkin turun serendah 150.000 pada Maret, tetapi data lain, termasuk tingkat lowongan pekerjaan yang masih tinggi, mengindikasikan ketatnya pasar tenaga kerja akan tetap menjadi ciri siklus bisnis.
Adapun, para pejabat The Fed memperkirakan tingkat pengangguran rata-rata yang diproyeksikan untuk akhir 2023 adalah 4,5 persen. Angka tersebut menyiratkan peningkatan pengangguran yang relatif tajam yang di masa lalu akan mengindikasikan resesi sedang berlangsung.