Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menkeu AS: Saatnya The Fed Pangkas Suku Bunga Lebih Dalam

Menkeu AS Scott Bessent menyarankan The Fed memangkas suku bunga 50 basis poin pada September, menyusul data ekonomi lemah dan inflasi yang tak terduga.
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent./Bloomberg
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent./Bloomberg
Ringkasan Berita
  • Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyarankan The Fed untuk memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan depan setelah data menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja lebih lemah dari perkiraan.
  • Bessent optimistis bahwa kandidat pilihan Trump, Stephen Miran, akan segera mengisi kursi kosong di Dewan Gubernur The Fed, yang dapat mengubah komposisi kebijakan moneter.
  • Bessent mengkritik proyek renovasi gedung The Fed senilai US$2,5 miliar dan menargetkan penyelesaian negosiasi perdagangan dalam beberapa bulan ke depan, sambil memuji peningkatan komitmen investasi sektor swasta.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan AS Scott Bessent menilai Federal Reserve (The Fed) sebaiknya mempertimbangkan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 50 basis poin pada bulan depan, setelah menahan langkah tersebut dalam pertemuan terakhir.

“Yang perlu dipikirkan sekarang adalah apakah kita seharusnya memangkas suku bunga 50 basis poin pada September,” ujarnya dalam wawancara dengan Fox Business dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/8/2025). 

Bessent menyoroti bahwa dua hari setelah The Fed menahan suku bunga pada 30 Juli, data revisi menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja untuk Mei dan Juni lebih lemah dibandingkan estimasi awal.

Menurutnya, The Fed bisa saja memangkas pada Juni atau Juli jika memiliki data revisi tersebut lebih awal. Pernyataan ini disampaikan beberapa jam setelah rilis data inflasi terbaru, yang menurutnya membuktikan para ekonom keliru memprediksi dampak tarif impor.

Indeks harga konsumen (CPI) naik 0,2% secara bulanan, sedangkan inflasi inti—tidak termasuk pangan dan energi—sesuai ekspektasi dengan kenaikan 0,3%. Inflasi jasa tercatat meningkat, sementara harga barang relatif tertahan meski Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor.

“Semua orang memperkirakan akan ada inflasi barang, tetapi yang terjadi justru inflasi jasa yang cukup aneh,” kata Bessent.

Perubahan di The Fed

Bessent juga menyatakan optimistis kandidat pilihan Trump untuk kursi kosong Dewan Gubernur The Fed, Stephen Miran, dapat menduduki jabatan tersebut sebelum rapat kebijakan 16–17 September. Miran, Kepala Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih, masih menunggu konfirmasi Senat.

Miran akan mengisi jabatan yang berakhir Januari 2025, namun Bessent membuka peluang masa jabatan itu diperpanjang. 

“Dia akan menjadi suara yang hebat, ini akan mengubah komposisi The Fed,” ujarnya.

Terkait pengganti Ketua The Fed Jerome Powell yang masa jabatannya habis Mei tahun depan, Bessent mengatakan Trump memiliki pandangan terbuka dan mempertimbangkan kandidat dengan tiga kriteria: pandangan kebijakan moneter, kebijakan regulasi, serta kemampuan memimpin dan merombak organisasi bank sentral. 

Dia menilai The Fed telah membengkak dan hal ini mengancam independensi kebijakan moneter.

Sindiran Renovasi Kantor

Bessent juga menyinggung proyek renovasi gedung The Fed di Washington senilai US$2,5 miliar yang menuai kritik dari Partai Republik. Dia mengatakan merenovasi kantornya di Departemen Keuangan dengan biaya pribadi.

“Saya merenovasi kantor di Departemen Keuangan dan membayarnya sendiri,” ujarnya.

Trump sebelumnya mengkritik Powell terkait biaya renovasi tersebut, di samping keluhannya karena The Fed belum memangkas suku bunga tahun ini. 

Powell dan pejabat The Fed lainnya menyatakan masih menunggu bukti lebih kuat mengenai dampak kenaikan tarif terhadap inflasi dan ekspektasi inflasi.

Sementara itu, Bessent menargetkan sebagian besar negosiasi perdagangan dapat rampung dalam beberapa bulan ke depan. 

“Kami dalam posisi yang baik. Kami akan menyepakati poin-poin penting dengan semua negara besar,” ujarnya.

Dia juga memuji komitmen investasi dari perusahaan dan negara lain sejak Trump kembali ke Gedung Putih. Dia menyebut, dari sisi komitmen investasi sektor swasta, jumlahnya sudah jauh di atas US$10 triliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro