Bisnis.com, JAKARTA - Tren kerja hybrid pasca pandemi memicu kekosongan ruang kantor, terutama di area central business district (CBD) Jakarta. Namun, tren tersebut disebut akan segera ditinggalkan oleh mayoritas perusahaan.
Senior Director Office Services Colliers Indonesia, Bagus Adikusumo mengatakan ada banyak kelemahan pada cara kerja hybrid working sehingga penerapannya dinilai tidak efektif dan hanya akan bertahan untuk jangka waktu pendek.
"Hybrid working akan tetap diterapkan, tetapi menurut saya hanya short term ya mungkin masih diterapkan, setelah itu saya rasa akan balik lagi bekerja full ke kantor lagi," kata Bagus, dikutip Rabu (29/3/2023).
Bekerja tanpa interaksi langsung antar pegawai dapat memicu penurunan efektivitas operasional. Apalagi, budaya di Indonesia yang dinilai lebih membutuhkan lingkungan kerja humanis.
Meski demikian, setidaknya masih membutuhkan waktu setidaknya 2-3 tahun ke depan untuk benar-benar membuat cara kerja informal kembali diterapkan secara menyeluruh. Hal ini seiring dengan pemulihan pasar perkantoran yang diprediksi akan pulih pada awal 2025 dan pertumbuhan makro ekonomi yang terus membaik tahun ini.
"Dengan pertumbuhan ekonomi yang tetap dipertahankan di angka 5 persen ataupun 5,5 itu otomatis permintaan perkantoran akan meningkat, nanti lama-kelamaan akan mulai kejar antara oversupply sama permintaan perkantoran," terangnya.
Baca Juga
Dalam laporan Colliers Quarterly Jakarta, hingga 2025, pasar perkantoran akan kedatangan 7 proyek baru di antaranya yaitu Menara T Gatot Subroto (24.000 meter2), Rajawali Place Menara Perkantoran St. Regis (40.000 meter2).
Selanjutnya, Autograph Towe dalam kompleks Thamrin Nine (84.267 meter2), Menara Lumniary dalam kompleks Thamrin Nine (40.565 meter2) dan Menara MORI Jakarta (96.000 meter2). Kelima gedung ini akan hadir pada 2023.
Sementara itu, pada 2025, perkantoran di CBD Jakarta akan bertambah yakni Indonesia 1 Menara Utara dan Indonesia 1 Menara Selatan dengan luas 79.486 meter2 dan 72.814 meter2.
Lebih lanjut, Bagus memprediksi tidak akan ada lagi pasokan baru perkantoran di CBD Jakarta setelah 2025. Pasalnya, membangun gedung perkantoran untuk saat ini dinilai cukup berisiko bagi pengembang.
Dengan demikian, permintaan ruang kantor akan kembali menguat dan berkelanjutan, terutama untuk ruang dengan kualitas terbaik akan menyebabkan permintaan untuk pembangunan atau bangunan yang diperbarui tetap tinggi.