Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan pembelian produk dalam negeri oleh Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Daerah dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ataupun Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta badan usaha tertentu senilai Rp250 triliun pada 2023.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita berharap nilai tersebut adalah angka minimal, sehingga realisasinya bisa melebihi Rp250 triliun.
"Output dari Bussines Matching ketiga ini, kami targetkan realisasi ya, bukan komitmen pembelian produk dalam negeri oleh lembaga negara Kementerian atau Lembaga, Pemerintah Daerah dan BUMN atau BUMD, badan usaha tertentu senilai minimal Rp250 triliun," kata Agus dalam sambutannya di pembukaan acara Bussines Matching 2023 dan Penyerahan Penghargaan P3DN di Istora Senayan, Rabu (15/3/2023).
Angka ini meningkat dari capaian komitmen Business Matching tahap pada 2022 yang mencapai Rp214,1 triliun.
Agus juga menyebut, output dari Business Matching tahap satu tahun ini adalah terpetakannya kebutuhan barang pada pengadaan barang ataupun jasa yang akan dilakukan oleh pemerintah tahun ini.
"Pengadaan barang dan jasa bisa terpetakan, baik pengadaan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, BUMN dan BUMD pada 2023," tambah Agus.
Baca Juga
Lalu, Agus menuturkan, tersosialisasikannya aturan penggunaan produk dalam negeri serta kemampuan hasil produksi dalam negeri dalam pengadaan barang ataupun jasa pemerintah juga menjadi bagian dari output kegiatan ini.
Terakhir, Agus menyampaikan mengenai optimisme industri terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Agus menyebut, optimisme yang didukung oleh angka Indeks Purchasing Manager's Index (PMI) Indonesia dan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) industri manufaktur yang menurutnya dalam keadaan ekspansif selama beberapa bulan terakhir.
"Kami sangat percaya, program P3DN mempunyai konstribusi yang tidak dalam membangun optimisme pertumbuhan ekonomi nasional," pungkas Agus.
IKI industri manufaktur yang dirilis oleh Kemenperin berada dalam level ekspansif, pada bulan November IKI tercatat pada angka 50,89, Desember naik 0,1 menjadi 50,90. Lalu IKI Januari pada angka 51,54 dan Februari 52,32.
Sementara, PMI Manufaktur Indonesia mencatatkan level ekspansif berturut-turut selama 18 bulan terakhir, dan pada Februari tercatat pada angka 51,2.