Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Stand Alone Ritel Menjamur di Indonesia, Mal Ditinggalkan?

Tren stand alone ritel semakin menjamur selama 3 tahun di Indonesia dan berpotensi terus berlanjut.
Ilustrasi gerai ritel - Freepik.
Ilustrasi gerai ritel - Freepik.

Bisnis.com, JAKARTA - Fenomena stand alone ritel diperkirakan masih berlanjut dan menjadi pilihan peritel food and beverage (F&B) pada 2023.

Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, mengatakan fenomena tersebut muncul sejak awal masa pandemi yang menyebabkan sejumlah ritel keluar dari pusat perbelanjaan atau mal.

"Di tengah pandemi kami melihat beberapa peritel besar membuka ruang ritelnya di luar area mal yang sifatnya seperti stand alone ritel dan memang mendekati tanah permukiman," kata Syarifah, dikutip Selasa (14/3/2023).

Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Tak jarang gerai makanan dan minuman yang membuka lapak dekat dengan komplek perumahan untuk lebih mendekati pasarnya.

Menurutnya, tren stand alone ritel telah terjadi selama 3 tahun dan berpotensi berlanjut. Sebab, ruang ritel yang berada di luar pusat perbelanjaan relatif lebih praktis bagi tenant.

"Meskipun ruang-ruang ritel dalam bangunan sudah mulai beroperasi secara normal, tidak menutup kemungkinan bahwa stand alone ritel terus tumbuh saat ini karena nilai aksesibiltias yang terbilang bagus," jelasnya.

Lebih lanjut, Syarifah menyebut terjadi perubahan perilaku konsumen sejak pandemi berlangsung yang membuat kunjungan ritel termasuk transaksi di dalamnya semakin terbatas.

Hal ini yang membuat para peritel keluar dari mal dan membuka gerai sendiri mendekati wilayah-wilayah pasarnya yaitu di sekitar permukiman, sehingga keberlanjutan usaha tetap terjaga.

"Stand alone ritel juga lebih simpel dan memiliki kemudahan untuk dicapai atau aksesibilitasnya tinggi terhadap konsumennya. Jadi, konsumennya bisa langsung melakukan transaksi dengan cepat dan mudah di sekitar wilayah permukimannya," ujarnya.

Meski tren tersebut masih berlanjut, Knight Frank mencatat okupansi ruang ritel di mal pun ikut membaik. Hal ini ditunjukkan dari tingkat okupansi ruang ritel pada semester II/2022 yang tumbuh tipis menjadi 78,8 persen, sedangkan pada semester sebelumnya tingkat okupansi berada di level 78,52 persen.

Selain itu, ada 3 proyek ritel terbaru di Jakarta pada 2023 yang akan beroperasi. Ketiga mal tersebut yakni, Retail Podium Thamrin Nine seluas 72.000 meter persegi (tipe sewa), Holland Village Mall seluas 44.000 meter persegi (tipe sewa) dan Pusat Grosir Senen Jaya seluas 10.249 meter persegi (tipe strata-title).

Salah satu peritel F&B, Vilo Gelato baru-baru ini akan membuka gerai dengan luas 2.400 meter persegi di perumahan Asya besutan PT Astra Land Indonesia, perusahaan join venture PT Menara Astra (Astra Property) dan Hong Kong Land Ltd.

Founder dan Direktur Utama Vilo Gelato, Vincent Kusuma, menuturkan, gerai Vilo Gelato di Linear Park ini merupakan yang terbesar atau flagship store. Pihaknya akan mengusung gaya bangunan modern tropis pada store terbarunya itu.

“Nilai investasi bakal lebih dari gerai-gerai lainnya yang hanya menelan angka Rp4 miliar. Ini karena ukurannya lebih besar, dengan desain berbeda dan unik,” tuturnya.

Pemilihan lokasi Asya karena demografi penghuni Asya dan lokasi yang berada di Linear Park ini sesuai dengan konsep yang dibidik Vilo Gelato. Adapun gerai Vilo Gelato lainnya berada di Alam Sutera, Gunawarman, Bintaro, Sawangan, Bandung, Tomang dan lain sebagainya.

“Untuk opening Vilo Gelato diharapkan bisa dilakukan di tahun ini. Selain di Asya, kami juga akan membuka di Jababeka seluas 1.400 meter persegi di tahun ini. Jadi memang yang di Asya, gerai kami paling besar,” ujarnya.

Di sisi lain, Project Director ASYA, Widyo Seno, menyatakan kehadiran tenant besar di Linear Park Asya itu akan menjadi nilai tambah dan daya tarik baru bagi perumahan premium tersebut.

Apalagi, Vilo Gelato merupakan anchor tenant dan satu-satunya yang akan membuka gerai di Linear Park. Dalam hal ini, Astra Land bekerja sama dengan skema profit sharing atau bagi hasil selama 5 tahun ke depan.

"Diharapkan daya tarik dari kolaborasi ini secara bertahap mampu menggaet pangsa pasar yang lebih luas, khususnya para kaum muda profesional," kata Widyo.

Adapun, demografi pembeli hunian di Asya merupakan kalangan end user keluarga muda mapan yang berusia 35 tahun hingga 60 tahun dan bekerja sebagai profesional dan wirausaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper