Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Infrastruktur Sumatra: Memacu Ekonomi dari Bentangan Jalan Tol

Hutama Karya ditugaskan membangun 1.064 km Jalan Tol Trans Sumatra untuk memunculkan pertumbuhan ekonomi baru di sepanjang kawasan yang dilaluinya.
Foto udara jalan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, sepanjang 149,9 km, yang merupakan bagian dari Trans Sumatra, di Lampung, Senin (29/4/2019)./JIBI/Bisnis-Abdullah Azzam
Foto udara jalan tol ruas Bakauheni-Terbanggi Besar, sepanjang 149,9 km, yang merupakan bagian dari Trans Sumatra, di Lampung, Senin (29/4/2019)./JIBI/Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Pernahkah terlintas jika Rendang, makanan yang dinobatkan terlezat di dunia hanya berjarak 1.344,7 kilometer (KM) dari Ibu Kota Jakarta?

Kuliner yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan itu merupakan produk asli dari Sumatra Barat. Namun, apakah Anda pernah menikmati Rendang yang dibuat langsung dari dapur di kota asalnya?

Banyak wisawatan yang memburu Ayam Betutu atau Sate Lilit di Pulau Dewata yang jaraknya tidak terpaut jauh dengan Padang jika dari Jakarta.

Jarak antara Jakarta-Padang terasa sangat berbanding jauh dengan jarak Jakarta-Bali. Padahal jarak tempuh untuk Jakarta-Bali sekitar 1.180,8 km.

Dahulu, waktu yang ditempuh untuk mencapai Kota Padang melalui jalur darat membutuhkan waktu sekitar tiga hari dua malam. Padahal, waktu tempuh Jakarta-Bali yang jaraknya tidak jauh berbeda hanya kurang dari 48 jam melalui jalur darat.

"Berangkat menjadi orang asing, sampai tujuan jadi saudara," demikian sebuah kelakar yang kerap diucapkan penumpang bus Jakarta-Padang.

Keterbatasan jarak dan konektivitas antara Pulau Andalas dengan Pulau Jawa menjadi fokus utama yang dibenahi oleh pemimpin-pemimpin Indonesia terdahulu.

Pada era kepimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), mimpi besar memangkas jarak antara Pulau Jawa dan Sumatra mulai direalisasikan. Menurutnya, tanpa infrastruktur yang baik, maka produk Tanah Air akan sulit berkompetisi dengan negara lain.

Jokowi pun akhirnya menugaskan PT Hutama Karya (Persero) untuk membangun 1.064 km Jalan Tol Trans Sumatra hingga 2024. Nantinya, Jalan Tol Trans Sumatra akan menyambungkan ujung Aceh hingga Lampung.

Pada 2015, Jokowi menandai langsung pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra pertamanya dengan peletakan batu pertama pada proyek Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar.

"Pada 2014 kita dorong betul [pembangunan] jalan tol agar semuanya tersambungkan baik Trans Jawa, Trans Sumatra, dan beberapa di Kalimantan dan Sulawesi," ujar Jokowi.

Untuk percepatan pelaksanaan pembangunan Jalan Tol di Sumatra, pemerintah menugaskan pengusahaan jalan tol di Sumatra kepada PT Hutama Karya (Persero) berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 100 Tahun 2014.

Mengacu pada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, hingga 2022 telah terbangun 738,46 km Jalan Tol di Pulau Sumatra dari 12 ruas yang telah beroperasi.

Direktur Utama Hutama Karya, Budi Harto, menjelaskan penugasan pembangunan jalan tol di Pulau Sumatra ditujukan untuk membuka peluang ekonomi baru.

"Tol di Sumatra memang secara finansial kelayakannya masih rendah tapi dari sisi ekonomi mempunyai dampak yang positif untuk pertumbuhan ekonomi," ujar Budi.

Sementara itu, Direktur Operasi III Hutama Karya, Koentjoro, menuturkan perseroan telah membangun Jalan Tol Trans Sumatra sepanjang 1.064 km dengan 465 km ruas tol konstruksi dan 599 km ruas tol operasi.

Infrastruktur Sumatra: Memacu Ekonomi dari Bentangan Jalan Tol

Proyek jalan tol Trans Sumatra ruas Padang - Pekanbaru Seksi Padang - Sicincin hingga kini progresnya baru mencapai 37,989 persen dari panjang pengerjaan 36,2 kilometer, Sabtu (13/3/2021)./Bisnis-Noli Hendra.

Koentjoro menuturkan bahwa Hutama Karya telah membuat perencanaan secara matang, baik dari sisi pelaksanaan maupun pengoperasian untuk memastikan percepatan pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS).

Dari sisi pendanaan, Hutama Karya melakukan optimalisasi Penyertaan Modal Negara (PMN) dan melakukan pendanaan kreatif seperti kerja sama investasi.

Sementara itu, dari sisi pelaksanaan, Hutama Karya meningkatkan penerapan teknologi digitalisasi konstruksi dan peningkatan kapasitas human capital agar pengerjaan proyek dapat lebih efisien, tepat mutu dan waktu. Dari sisi pengoperasian tol, Hutama Karya menyerap tenaga kerja lokal dan digitalisasi operasi.

"Selama penugasan JTTS, Hutama Karya telah menyerap sejumlah 202.468 pekerja yang tersebar di 14 proyek ruas dan juga ribuan tenaga kerja setelah dioperasikannyajalan tol tersebut," ungkapnya.

Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Triono Junoasmono, menilai kehadiran Jalan Tol Trans Sumatra yang terbangun dari wilayah Lampung hingga Banda Aceh menjadi jawaban atas terhubungnya antarwilayah yang terus dikoneksikan dengan daerah yang dahulunya sulit dijangkau.

Selain itu, kehadiran konektivitas Jalan Tol Trans Sumatra juga menjadi akses penghubung sentra-sentra produksi, akses menuju daerah yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan, membuka banyak peluang usaha dan lapangan pekerjaan baru terutama yang berada di sekitar Jalan Tol, serta mempermudah akses ke berbagai destinasi wisata yang terhubung.

Triono mengatakan, Jalan Tol Trans Sumatra juga terus membuka banyak peluang yang menguntungkan, karena aktivitas bisnis bisa dilakukan dengan biaya yang bersaing dengan provinsi lain dan mampu bersaing dengan negara lain.

"Hal ini juga dilakukan untuk pemerataan pembangunan, sehingga semakin meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya di Pulau Sumatra melalui kehadiran Jalan Tol yang diharapkan dapat disambungkan pada sentra-sentra ekonomi, mulai dari pariwisata, kawasan Industri, pertanian, hingga perkebunan sehingga manfaat ekonomi dari adanya infrastruktur Jalan Tol bisa semakin maksimal," ujar Triono.

Infrastruktur Sumatra: Memacu Ekonomi dari Bentangan Jalan Tol

Foto udara simpang susun KM 108 jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar, Lampung, Sabtu (4/5/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam.

Ketua Umum DPP Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Yukki Nugrahawan, menjelaskan kehadiran Jalan Tol Trans Sumatra telah berhasil memangkas waktu perjalanan dan biaya logistik. Dia mencontohkan, dari Lampung-Palembang yang sebelumnya ditempuh selama 12 jam kini hanya ditempuh selama 5 jam.

Terpangkasnya waktu tempuh tersebut telah menumbuhkan geliat perekonomian baik dari sektor pariwisata dan juga sektor industri.

Dari sisi industri, pengiriman ekspor barang dari yang sebelumnya perlu transit di Palembang, kini bisa dipangkas dengan pengiriman jalur darat untuk nantinya diekspor melalui pelabuhan di Lampung.

Sementara itu, dari sisi pariwisata terpangkasnya waktu tempuh dapat meningkatkan kegiatan di sektor perhotelan dan makanan di kedua daerah tersebut.

Perubahan tersebut, kata Yukki, telah mengubah pola mata rantai pasok di Pulau Sumatra. Dia menjelaskan pengiriman barang berbasis makanan telah dirasakan meningkat akibat berkembangnya industri perhotelan dan industri makanan di sekitar wilayah Lampung hingga Palembang.

Di samping itu, dari sisi logistik, Yukki menuturkan terbentangnya Jalan Tol Trans Sumatra telah memberikan penghematan terhadap biaya ongkos logistik. Terhubungnya jalan tol dari Lampung hingga Palembang telah memberikan dampak efisiensi sebesar 20 persen terhadap ongkos logistik.

"Tentunya tidak bisa dilihat dengan satu dua tahun, tapi saya punya rasa optimisme jalan tol ini akan memberikan impact terhadap pergerakan barang dan investasi, pergerakan investasi yang berdampak terhadap pergerakan barang," paparnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Ridwan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper