Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Februari 2023 mencapai 0,16 persen secara bulanan (month-to-month/mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini menyampaikan bahwa laju inflasi tersebut melandai jika dibandingkan dengan periode Januari 2023 yang mencapai 0,34 persen mtm.
“Secara bulanan inflasi [pada Februari 2023] lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 0,34 persen,” katanya dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Namun demikian, imbuhnya, tingkat inflasi pada Februari 2023 tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan dengan periode Februari 2022 yang tercatat mengalami deflasi sebesar 0,02 persen mtm.
Berdasarkan kelompok pengeluaran, tercatat penyumbang inflasi terbesar dari kelompok makanan, minuman, dan tembakau, yang mengalami inflasi sebesar 0,48 persen mtm dan memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,13 persen.
Sementara itu, kelompok pengeluaran yang mencatatkan deflasi terbesar berasal dari kelompok transportasi, yaitu mencapai -0,22 persen mtm dan memberikan andil terhadap deflasi sebesar -0,03 persen.
Baca Juga
Pudji menjelaskan, komoditas penyumbang utama inflasi bulanan pada Februari 2023 diantaranya komoditas beras, rokok kretek filter, bawang merah, cabai merah, dan rokok putih.
Kelima komoditas ini tercatat memberikan andil kepada inflasi masing-masing sebesar 0,08 persen, 0,04 persen, 0,03 persen, 0,02 persen dan 0,01 persen mtm.
Dari 90 kota pantauan BPS, 63 kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Ternate sebesar 1,85 persen mtm, disebabkan oleh kenaikan harga komoditas ikan segar, angkutan udara, cakalang diawetkan, kangkung, beras, dan rokok kretek filter.
Di sisi lain, sebanyak 27 kota mengalami deflasi, terdalam di Kota Gunungsitoli, sebesar -0,98 persen mtm.