Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman melihat kondisi turunnya permintaan batu bara secara signifikan dapat mempengaruhi kinerja neraca perdagangan Indonesia karena ekspor bahan bakar fosil, terutama batu bara, menjadi penopang surplus sepanjang 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat adanya potensi permintaan batu bara Indonesia untuk China dan India turun pada 2023. Harga komoditas unggulan ekspor tersebut juga terpantau mengalami penurunan.
“Kami melihat trade surplus akan terus menyusut ke depannya,” ujarnya, Rabu (15/2/2023).
Faisal menyampaikan bahwa ekspor komoditas tersebut menyumbang sekitar US$9,83 miliar atau 51,4 persen terhadap peningkatan surplus perdagangan 2022 yang mencapai US$19,11 miliar.
Surplus perdagangan, seperti yang diharapkan, terus menyempit. Harga batu bara turun sebesar minus 37,69 persen (ytd) pada akhir Januari 2023, atau -44.06 persen (ytd) pada 14 Februari 2023.
BPS mencatat per 31 Januari 2023, harga batu bara bertengger di level US$318/mt atau turun dari harga Desember 2022 yang kala itu sebesar US$379,2/mt.
Meski menyusut, Faisal memproyeksikan surplus perdagangan dapat bertahan lebih lama sebelum berubah menjadi defisit setelah China membuka kembali ekonominya, yang akan mendukung permintaan eksternal.
“Indikator utama terbaru juga menunjukkan ekonomi global pada 2023 hanya mencatat perlambatan, bukan resesi,” jelasnya.
Sementara itu, Ekonom Center of Reform on Economic (Core) Yusuf Rendy Manilet justru melihat ada potensi defisit meski surplus dari neraca dagang masih akan berlanjut terutama dalam kuartal I/2023.
Namun demikian seiring dengan potensi melambatnya harga komoditas dan meningkatnya kebutuhan impor untuk beragam produk industri di bulan Ramadan nanti, ada potensi terjadi defisit pada neraca dagang Indonesia.
“Saya kira ada peluang neraca dagang surplusnya akan membalik menjadi defisit di awal kuartal kedua nanti,” jelasnya, Rabu (15/2/2023).
Di sisi lain, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa implikasi penurunan harga batu bara cukup signifikan berdampak ke kinerja ekspor secara keseluruhan.
"Pembalikan arah ekspor batu bara akan mengulang tragedi pada 2013 silam. Neraca dagang 2013 defisit US$4 miliar atau melebar 143 persen dibanding 2012,” tuturnya, Rabu (15/2/2023).