Penyebab Permintaan Batu Bara Turun
Dengan bangkitnya China setelah pencabutan kebijakan nol Covid-19 atau zero covid policy, ekonomi China kembali terbuka untuk pasar global.
Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah mengungkapkan China telah membuka kembali keran batu bara dari Australia sehingga terdapat pilihan negara untuk impor, selain Indoensia.
Sementara itu, India tengah memacu produksi batu bara dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan domestik.
“Kedua hal ini berpotensi mengurangi pangsa batu bara dari Indonesia,” tuturnya dalam Konferensi Pers Rilis BPS, Rabu (15/2/2023).
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi beberapa negara mitra dagang utama pada 2023 seperti Amerika Serikat (AS), India, dan Korea Selatan diproyeksikan akan lebih rendah dari 2022 dan mengarah pada penurunan permintaan.
Dorongan Hilirisasi
Bhima Yudhistira meminta pemerintah untuk segera melakukan diversifikasi produk ekspor ke barang yang memiliki nilai tambah seperti hilirisasi pertanian, perikanan, serta mendorong ekspor produk elektronik, otomotif, dan pakaian jadi.
Pasalnya, BPS mencatat ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2023 turun 0,44 persen dibanding Januari 2022, demikian juga ekspor hasil pertanian, kehutanan, dan perikanan turun 3,49 persen, sedangkan ekspor hasil pertambangan dan lainnya naik 121,46 persen.
“Jadi tidak bisa hanya harapkan booming komoditas yang temporer. Jangan terlena dengan batubara, dalam jangka panjang pun banyak perusahaan batu bara menghadapi tekanan perubahan iklim dan nilai aset yang terus menurun,” imbuhnya.
Meskipun diversifikasi dari produk ekspor sudah didorong oleh pemerintah, Yusuf melihat nuansa ketergantungan terhadap komoditas sebagai bahan baku utama relatif masih terlihat dari struktur ekspor Indonesia.
“Saya kira ini yang kemudian menjadi pekerjaan rumah di kemudian hari dan sudah saya kira disampaikan oleh banyak pihak bahwa ekspor tentu perlu didorong menjadi nilai tambah yang lebih besar,” kata Yusuf.
Sebagaimana diketahui, pemerintah melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah menetapkan peta jalan hilirisasi higga 2040 yang akan fokus pada 21 komoditas dari 8 sektor.