Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Jepang diperkirakan menunjuk akademisi Kazuo Ueda sebagai calon gubernur Bank of Japan menggantikan Haruhiko Kuroda yang masa jabatannya akan berakhir pada 8 April 2023.
Pilihan ini cenderung mengejutkan karena terpilihnya Ueda berpotensi meningkatkan peluang berakhirnya kebijakan pengendalian imbal hasil di masa jabatan Kuroda.
Dilansir dari Reuters pada Rabu (14/2/2023), Ueda merupakan mantan anggota dewan kebijakan BOJ yang berusia 71 tahun dan seorang akademisi di Kyoritsu Women's University. Pemerintahan Perdana Menteri Fumio Kishida diperkirakan akan mengajukan pencalonan Ueda kepada kedua majelis parlemen pada hari ini.
Penunjukan Ueda mengejutkan banyak investor yang memperkirakan bahwa jabatan tersebut akan jatuh ke tangan seorang pejabat bank sentral yang sudah lama berkarir seperti deputi gubernur Masayoshi Amamiya.
Pemerintah juga akan mencalonkan mantan kepala pengawas perbankan Jepang Ryozo Himino dan eksekutif BOJ Shinichi Uchida sebagai deputi gubernur. Mereka akan menggantikan Amamiya dan Masazumi Wakatabe yang masa jabatannya akan berakhir pada 19 Maret.
Pencalonan ini membutuhkan persetujuan dari dua kamar parlemen Jepang, yang secara efektif sudah pasti disepakati karena koalisi yang berkuasa memegang suara mayoritas di kedua kamar.
Baca Juga
Para calon gubernur dan deputi gubernur akan berbicara pada sidang konfirmasi yang akan diadakan pada 24 Februari di majelis rendah dan 27 Februari di majelis tinggi.
Dengan inflasi yang melebihi target 2 persen BOJ, Ueda menghadapi tugas yang sulit untuk menormalkan kebijakan ultra longgar yang telah menuai kritik publik karena mendistorsi fungsi pasar dan menghancurkan margin bank.
Analis Asymmetric Advisors Amir Anvarzadeh mengatakan Jepang memiliki masalah inflasi yang tinggi yang sepertinya diremehkan oleh banyak ekonom.
"Kami merasa Ueda tidak akan terikat pada harapan palsu Kuroda bahwa inflasi akan turun mulai kuartal ini dan akan mengubah kontrol kurva imbal hasil dan lebih cepat daripada yang diyakini banyak orang," ungkapnya seperti dikutip Bloomberg.
Transisi kepemimpinan ini menandai akhir dari eksperimen moneter Kuroda selama satu dekade yang berusaha untuk mengejutkan publik dari pola pikir deflasi dan dapat menyelaraskan Jepang dengan negara-negara besar lainnya menuju kenaikan tingkat suku bunga.
Pasar internasional telah mengamati dengan seksama pilihan Kishida sebagai gubernur BOJ berikutnya untuk mendapatkan petunjuk mengenai seberapa cepat bank tersebut dapat menghentikan kebijakan kontrol kurva imbal hasil (YCC).
Inflasi mencapai 4 persen pada Desember, dua kali lipat dari target bank sentral Jepang dan mendorong imbal hasil obligasi dan menantang tekadnya untuk mempertahankan kontrol kurva imbal hasil.