Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menuturkan perseroannya belum menggandeng mitra potensial lain untuk mengambil 35 persen hak partisipasi yang ingin dilepas Shell di Blok Masela.
Nicke mengatakan Pertamina akan mengambil lebih dahulu hak partisipasi Shell untuk mempercepat pengerjaan proyek LNG Abadi Blok Masela. Blok Masela ini menjadi bagian dari proyek strategis nasional (PSN) pemerintah Presiden Joko Widodo atau Jokowi tersebut.
Malahan, Nicke menegaskan, Pertamina belum memilki kesepakatan resmi bersama dengan perusahaan migas kelas kakap lainnya seperti Petroliam Nasional Berhad atau Petronas yang belakangan santer disebut merapat untuk membeli hak partisipasi Shell tersebut.
Tercatata, beberapa kali Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan Pertamina bakal membentuk konsorsium bersama dengan Petronas dan perusahaan migas potensial lainnya untuk menyukseskan langkah tersebut.
“Tidak belum ada rencana [konsorsium dengan Petronas], jadi kita masuk dulu sendiri, nanti kita lihat lebih lanjut,” kata Nicke saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (27/1/2023) malam.
Nicke mengatakan perseroannya masih mempelajari sejumlah data anyar yang disampaikan Shell untuk menilai kelayakan investasi di lapangan tersebut.
Baca Juga
“Masih proses due diligence, kami sudah menyampaikan offering-nya juga dan ada beberapa data yang dikirim sedang dipelajari lagi,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, SKK Migas berkomitmen untuk menyelesaikan kajian usulan pemasangan fasilitas penangkapan, pemanfaatan dan penyimpanan karbon (CCUS) proyek LNG Abadi Blok Masela pada kuartal pertama tahun ini.
Seperti diketahui, operator proyek LNG Abadi Blok Masela Inpex Masela Ltd. telah menyampaikan hasil kajian pemasangan CCUS kepada otoritas hulu migas itu pada Agustus 2022 lalu. Pemasangan fasilitas itu diharapkan dapat ikut menaikkan nilai tawar produk LNG dari salah satu lapangan migas terbesar di dunia tersebut.
Hanya saja, SKK Migas belum kunjung mengeluarkan izin pemasangan CCUS ke dalam rencana bisnis perusahaan asal Jepang tersebut.
“Sekarang masih ada isu bagaimana agar CCUS ini yang memang diusulkan Inpex menjadi bagian dari petroleum operation, masih dalam proses, dan tentu perizinannya masih dalam review,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat jumpa pers, Kamis (19/1/2023).
Kendati demikian, Dwi meyakini, pemasangan fasilitas CCUS itu bakal ikut menarik minat investasi dan pengembangan yang lebih masif pada lapangan itu mendatang.
Dia beralasan monetisasi Blok Masela akan menjadi lebih menarik seiring dengan tren penguatan harga LNG di pasar dunia saat ini. Apalagi, tren pasar LNG makin ramai seiring dengan komitmen pada transisi energi beberapa tahun terakhir.
“Kalau bisa masuk [fasilitas CCUS] sebagai bagian dari petroleum operation, maka Inpex akan go,” tuturnya.
Saat ini, dia mengatakan lembagannya bersama dengan Inpex tengah mempercepat tinjauan ulang hasil kajian yang sudah disampaikan Agustus 2022 lalu. Dia berharap komitmen ini dapat mendorong keyakinan PT Pertamina (Persero) dan perusahaan lainnya untuk mengambil hak partisipasi yang ingin dilepas Shell di blok tersebut.
“Apakah bisa memasukkan CCUS ini, teman-teman sudah mulai bersama-sama dengan tim Inpex untuk memasukkan review kembali,” kata dia.
PT Pertamina (Persero) disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi participating interest (PI) Shell sebesar 35 persen di Blok Abadi Masela.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta, sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.
Sejatinya, pengembangan proyek strategis nasional (PSN) senilai US$19,8 miliar itu tidak lagi tersendat karena Inpex sudah mengantongi pembeli untuk produksi gas tersebut, yaitu PT Perusahaan Gas Negara Tbk. (PGN). Apalagi, perkembangan pengembangan Lapangan Abadi pada 2021 tercatat sudah mencapai 65 persen.
Di sisi lain, revisi PoD dengan komitmen energi hijau itu juga memiliki posisi strategis untuk meningkatkan nilai tawar rencana divestasi hak partisipasi milik Shell sebesar 35 persen pada Blok Masela tersebut.
Pengembangan fasilitas CCUS dinilai dapat membuat aset LNG Abadi Blok Masela lebih kompetitif yang belakangan ikut menarik minat investor untuk membeli hak partisipasi Shell yang sudah ingin hengkang sejak dua tahun lalu itu.