Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menegaskan pengembangan proyek Kilang Gas Alam Cair (LNG) Abadi Blok Masela bakal kembali efektif berjalan pada awal tahun depan setelah sempat terhenti cukup lama.
Deputi Eksplorasi Pengembangan dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Benny Lubiantara mengatakan, operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd., telah berkomitmen untuk memulai kembali pengerjaan blok gas itu yang terhenti akibat isu divestasi Shell Upstream Overseas Ltd. yang masih belum rampung hingga akhir tahun ini.
“Mereka akan mulai aktivitas segera di awal 2023 ini, sekarang kerjaannya supaya jalan dulu secara paralel,” kata Benny saat ditemui selepas menghadiri rapat dengar pendapat (RDP) Panja (Panitia kerja) dengan Komisi VII DPR RI, Jakarta, Senin (12/12/2022).
Adapun, Komisi VII DPR RI memanggil jajaran pimpinan SKK Migas bersama dengan Inpex Masela Ltd untuk melakukan rapat tertutup pada siang tadi. Rapat yang berlangsung sekitar 120 menit dari pukul 13.00 WIB hingga 15.00 WIB itu membahas sejumlah isu terkait dengan pengembangan proyek blok Masela hingga proses penjaringan investor baru untuk mendampingi Inpex.
Benny mengatakan, Inpex berkomitmen untuk memulai pengembangan Blok Masela sembari menunggu proses divestasi yang tengah diselesaikan Shell secara business-to-business dengan investor potensial.
“[Soal pengumuman divestasi] akan berjalan di saat yang sama jadi tidak nunggu kalau nunggu nanti kan lama,” tuturnya.
Baca Juga
Hanya saja, sejumlah pimpinan Inpex yang ditemui Bisnis enggan memberi keterangan resmi ihwal perkembangan pengerjaan Blok Masela tersebut. Mereka berdalih seluruh proses bisnis masih berlanjut antara Inpex dan mitra terkait lainnya.
Sebelumnya, Subholding Upstream Pertamina (Persero), PT Pertamina Hulu Energi (PHE) resmi memasuki tahap negosiasi awal pengambilalihan 35 persen hak partisipasi Shell di Blok Masela.
“Kami sudah masukkan nonbinding offer-nya sekarang sedang dalam tahap negosiasi,” kata Direktur Utama PHE Wiko Migantoro saat ditemui di Gedung DPR RI, Rabu (7/12/2022).
Proses negosiasi harga pengambilalihan hak partisipasi itu sepenuhnya menjadi ranah bisnis antara Pertamina dengan Shell. Negosiasi itu bakal berpusat pada nilai atau harga yang ditawarkan Pertamina.
“Doa kan, ya,” kata Wiko.
Adapun, PT Pertamina (Persero) disebut perlu menyiapkan anggaran paling sedikit US$1,4 miliar atau setara dengan Rp21 triliun untuk mengakuisisi participating interest (PI) Shell sebesar 35 persen di Blok Abadi Masela.
Berdasarkan data SKK Migas, Shell telah mengucurkan US$875 juta untuk mengakuisisi PI 35 persen di Blok Abadi Masela dan mengucurkan investasi senilai US$700 juta sehingga total dana yang telah dikeluarkan Shell untuk pengembangan lapangan tersebut sudah mencapai US$1,4 miliar.
Di samping itu, Pertamina juga masih harus menyiapkan anggaran senilai US$6,3 miliar untuk modal kerja di Masela dalam 5 tahun ke depan.