Bisnis.com, JAKARTA- Afrika Selatan mengalami krisis listrik sepanjang awal 2023 ini. Tercatat, di negara Nelson Mandela itu terjadi pemadaman listrik setiap hari gegara kurangnya pasokan akibat proyek peralihan ke Energi Baru Terbarukan (EBT) tidak mulus berjalan.
Dikutip dari Bloomberg pada Sabtu (21/1/2023), Afrika Selatan (Afsel) sebelumnya telah menetapkan target peralihan ke EBT, khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan menggunakan panel surya. Persoalannya, pemerintah mematok penggunaan panel surya harus seratus persen diproduksi secara lokal.
Alhasil, seiring dengan gagal berfungsinya pembangkit listrik batu bara dan belum siapnya EBT, maka pasokan listrik pun berkurang drastis. Ujungnya, pemerintah pun mengoreksi berbagai program dan kebijakan, termasuk penggunaan material dan produksi lokal panel surya.
Persyaratan konten lokal 100 persen untuk bahan panel surya telah dipotong menjadi 30 persen dalam upaya untuk mempercepat kapasitas generasi baru. Hal itu diungkapkan langsung Komite Krisis Energi Nasional atau Necom.
Afsel tengah mempertimbangkan perubahan Rencana Sumber Daya Terintegrasi 2019 — cetak biru infrastruktur untuk sektor kelistrikan. Pada perjalanannya, negara ini malah mengalami pemadaman listrik terburuk yang pernah terjadi, dengan pemadaman selama 12 jam sehari yang diberlakukan oleh Eskom Holdings SOC Ltd yang merupakan perusahaan milik negara.
Pemerintah memperkirakan revisi target dan program EBT pada akhir Maret ini. Hal tersebut juga diungkapkan Necom yang di bawah kendali langsung Kantor Presiden Cyril Ramaphosa.
Baca Juga
Eskom, yang menghasilkan hampir semua listrik nasional, telah menerapkan pemadaman listrik setiap karena pembangkit listrik tenaga batu bara yang sudah tua gagal berfungsi. “Sebanyak 6.000 megawatt kapasitas ekstra diperlukan untuk mengamankan sistem dan mengakhiri pemadaman,” ungkap Andre De Ruyter, Eks Kepala Eksekutif Eskom.
Perjanjian untuk kapasitas baru 1.800 megawatt telah ditandatangani dalam program energi terbarukan negara itu.