Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Resesi Inggris di Depan Mata! Penjualan Ritel Anjlok pada November 2022

Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan penjualan ritel turun 0,4 persen pada November dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom).
Inggris/Pegipegi
Inggris/Pegipegi

Bisnis.com, JAKARTA - Penjualan ritel Inggris secara tak terduga turun pada November, setelah perhelatan Black Friday gagal memberikan dorongan seperti biasanya. Hal ini memperdalam krisis biaya hidup yang melanda sektor ritel.

Dilansir dari Bloomberg pada Jumat (16/12/2022), Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS) melaporkan penjualan ritel turun 0,4 persen pada November dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mom) dan anjlok 5,9 persen year-on-year (yoy).

Penjualan ritel inti, yang tidak termasuk bahan bakar mobil turun 0,3 persen mom dan 5,9 persen yoy. Penurunan ini berbanding terbalik dengan proyeksi ekonom yang memperkirakan kenaikan penjualan ritel utama dan inti sebesar 0,3 persen.

Data tersebut menunjukkan kekhawatiran bahwa Inggris sudah jatuh ke dalam resesi, seperti yang diyakini Bank of England (BOE).

BOE dan ekonom sektor swasta memperkirakan Inggris sekarang hampir pasti dalam resesi. Produk Domestik Bruto diperkirakan terkontraksi dua kuartal berturut-turut pada kuartal IV/2022.

Belanja konsumen menyumbang dua pertiga dari output nasional dan merupakan kunci pertumbuhan. Angka-angka terpisah hari Jumat menunjukkan kepercayaan konsumen terus berada di sekitar level terendahnya setidaknya selama setengah abad terakhir.

Penurunan pada bulan November didorong oleh penjualan online yang berkontribusi lebih rendah dari tahun-tahun sebelumnya, setelah perhelatan Black Friday pada 25 November berada di bawah ekspektasi.

Penjualan bahan bakar mobil, barang bekas di rumah lelang dan peralatan komputer juga menurun.

Di sisi lain, penjualan makanan dan minuman, pakaian, dan barang-barang rumah tangga meningkat. Namun, harapan bahwa peningkatan akan berlanjut hingga Desember pupus oleh oleh salju lebat dan pemogokan kereta api selama sepekan yang telah menekan bisnis ritel dan perhotelan.

Penjualan ritel telah terpukul dalam beberapa bulan terakhir. Pada September, hari libur bank tambahan untuk pemakaman Ratu Elizabeth II turut menekan ritel, meskipun pulih dengan kuat pada bulan Oktober.

ONS merevisi perkiraan penjualan ritel untuk September menjadi minus 1,8 persen dan merevisi bulan Oktober menjadi surplus 0,9 persen.

Penjualan ritel juga diperkirakan menyusul pada kuartal IV/2022  kecuali bulan Desember mencatakan kenaikan sebesar 3 persen.

Pemimpin industri untuk pasar konsumen di PwC Lisa Hooker mengatakan angka penjualan ritel bulan November dengan jelas menunjukkan kesenjangan yang semakin besar antara berapa banyak yang kita belanjakan dan apa yang didapatkan sebagai imbalannya, yang mencerminkan rekor inflasi yang tinggi.

"Meskipun angka-angka ini menunjukkan data yang mengkhawatirkan, konsumen mengatakan bahwa mereka berencana untuk melakukan sebagian besar belanja hadiah Natal mereka pada bulan Desember tahun ini, lebih lambat dari sebelumnya. Oleh karena itu, ujian sesungguhnya bagi sektor ritel adalah bagaimana dampaknya pada bulan ini." lanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper