Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stafsus Menkeu Sebut Kenaikan Suku Bunga The Fed Berpotensi Sebabkan Krisis Utang Global

Keputusan bank sentral di negara-negara maju untuk menaikkan suku bunga acuan berdampak pada kenaikan biaya utang sehingga memicu krisis utang global.
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan
Logo Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., AS, Selasa (23/8/2022). Bloomberg/Graeme Sloan

Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan bank sentral di negara-negara maju untuk menaikkan suku bunga acuan tentu menimbulkan dampak, salah satunya menyebabkan melemahnya nilai tukar dan melonjaknya biaya utang yang berpotensi memicu terjadinya krisis utang global.

Perlu diketahui, konflik Rusia dan Ukraina yang terjadi di tengah mulai terkendalinya pandemi Covid-19 telah menyebabkan tingginya tingkat inflasi di sejumlah negara. Bahkan, beberapa negara seperti AS, Jerman, Inggris, dan Italia mencatatkan rekor inflasi tertingginya dalam beberapa dekade terakhir.

Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan Made Arya Wijaya menyampaikan, laju inflasi yang melonjak naik kemudian direspon dengan kenaikan suku bunga secara agresif di sejumlah bank sentral di negara maju. 

The Fed, bank sentral AS, bahkan tercatat telah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 375 basis poin sejak Maret 2022 hingga November 2022.  

Made mengatakan, kenaikan suku bunga tersebut menyebabkan meningkatnya volatilitas pasar keuangan global, terjadinya capital outflow pada negara-negara emerging market termasuk Indonesia, yang berdampak terhadap terjadinya pelemahan nilai tukar, dan melonjaknya biaya utang.

“Kenaikan biaya utang berpotensi menyebabkan terjadinya krisis utang global,” kata Made, saat mewakili Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara pada expert dialog bertajuk Peran APBN dalam rangka Pemulihan Ekonomi dan Antisipasi Resesi, Senin (12/12/2022).

Pasalnya, lanjut Made, banyak negara memiliki rasio utang yang sangat tinggi, akibat pemberian stimulus fiskal yang dilakukan oleh banyak negara selama pandemi Covid-19.

Laju inflasi global yang tinggi tersebut, pada akhirnya akan mendorong menurunnya tingkat permintaan dan menyebabkan stagflasi.

“Hal ini jelas merupakan kombinasi yang sangat berbahaya sehingga perlu melakukan kombinasi kebijakan dengan hati-hati,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper