Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aprindo Yakin Penjualan Ritel Selama Nataru Tumbuh 15 Persen

Pertumbuhan sektor ritel mulai normal dan sudah mirip dengan kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Pengunjung memilih barang di salah satu outlet di pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta, Rabu (9/11.2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengunjung memilih barang di salah satu outlet di pusat perbelanjaan atau mal di Jakarta, Rabu (9/11.2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memproyeksikan pertumbuhan sektor ritel menjelang dan saat liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru) berkisar 10-15 persen tahun ini. Optimisme tersebut tidak terlepas dengan kondisi wabah Covid-19 yang sudah terkendali dan inflasi yang relatif terjaga.

Ketua Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan pertumbuhan sektor ritel tersebut merupakan rata-rata saat kondisi normal terjadi sebelum pandemi Covid-19.

“Biasanya di saat Nataru, kita akan tumbuh di 10-15 persen, rata-rata. Bahkan kalau saat Ramadan bisa tumbuh 30 persenan. Jadi kita akan tutup optimisme di tahun 2022 ini,” ujar Roy saat dihubungi, Senin (12/12/2022).

Roy menambahkan, untuk tahun ini sendiri Aprindo menghitung ini akan ditutup dengan pertumbuhan ritel 3,5-4 persen sepanjang tahun 2022. Dibanding tahun lalu, pertumbuhannya sekitar mencapai 1 persen.

“Pandemi sudah lewat, jadi inflasinya harus terjaga. Kita mengapresiasi, suku bunga acuan BI juga dinaikkan lagi jadi 5,25 persen supaya suku bunga kita bersaing ketika The Fed menaikkan suku bunganya. Jadi kecenderungan suku bunga naik, maka mata uangnya akan menguat,” jelas Roy.

Di samping itu, lanjut dia, bantuan atau stimulus dari pemerintah pun bisa tetap diberikan untuk masyarakat marjinal. Pasalnya, bantuan tersebut sangat signifikan bagi konsumsi masyarakat.

“Harus ada bantuan tunai, harus ada subsidi upah, hampir 25 juta kalau tidak dibantu akan berpeluang kepada krisis sosial,” ucapnya.

Lebih lanjut, pemerintah juga bisa memberikan insentif pajak bagi para pelaku ritel. Meski penjualan tumbuh, Roy menyebut ritel modern masih menambal defisit selama 2,5 tahun belakangan selama pandemi.

“Sekaligus juga pelaku usahanya diberikan stimulus baik dari penangguhan pajak, kebijakan moneter fiskal misalnya. Itu pasti akan mendorong. Kita juga bicara relaksasi-relaksasi, itu sangat penting. Supaya pelaku usaha menyerap kerja, tenaga kerja untuk konsumsi,” ujar Roy menambahkan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper