Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggaet tim riset Institut Teknologi Bandung (ITB) untuk menyusun peta jalan strategis demi percepatan implementasi bioetanol di Indonesia. Langkah ini juga didukung oleh US Grains Council (USGC).
Bioetanol ini nantinya akan digunakan untuk campuran BBM sebagai salah satu solusi strategis untuk meningkatkan ketahanan energi di tengah harga BBM yang terus meningkat. Meskipun, hasil ujicoba pada 2018 lalu menunjukkan harga BBM campuran bioetanol masih sedikit diatas harga BBM non-PSO.
Bioetanol juga dapat digunakan untuk untuk mengurangi potensi emisi gas rumah kaca hingga 3 persen termasuk CO2, NOx dan Partikel PM2.5, sesuai dengan target net zero emission (NZE) Indonesia pada 2060 mendatang. Selain itu, bioetanol juga meningkatkan bauran energi terbarukan Indonesia yang ditargetkan mencapai 23 persen pada tahun 2025.
Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Edi Wibowo mengungkapkan, total produksi bioetanol fuel grade saat ini baru mencapai 40.000 kiloliter per tahun. Angka ini jauh di bawah kebutuhan bioetanol yang mencapai 696.000 kl per tahun untuk pengimplementasian tahap awal di daerah Jawa Timur dan Jakarta.
"Pasokan yang tersedia dari PT Enero dan PT Molindo sebagai produsen bioetanol fuel grade baru dapat memasok sekitar 5,7 persen saja kebutuhan Jawa Timur dan Jakarta. Artinya dari sisi suplai harus ditingkatkan," ungkap Edi dikutip dari keterangan tertulis pada Kamis (8/12/2022).
Edi kemudian berharap, peluncuran peta jalan strategis percepatan implementasi bioetanol berjalan sesuai harapan.
Baca Juga
“Terima kasih atas inisiasi tim riset ITB untuk membuat kajian peta jalan percepatan implementasi bioetanol, semoga kolaborasi ini terus berjalan baik sehingga program bioetanol ini bisa sesuai harapan," kata Edi.