Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pangan Nasional (Bapanas) memastikan stok beras nasional masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru), meski stok beras Bulog menipis.
Bapanas melaporkan bahwa cadangan beras Bulog per November 2022 ini berada di posisi 569.000 ton. Sementara itu, untuk menjaga stabilitas harga pada November-Desember diperlukan pelepasan stok sekitar 150.000-200.000 ton per bulan untuk intervensi pasar. Tujuannya, guna menjaga agar harga beras tetap terkendali dan tidak membebani inflasi.
“Memang target kita stok beras Bulog di akhir tahun 1,2 juta ton dengan mengutamakan produksi dalam negeri, tetapi apabila sampai waktunya belum juga bisa terpenuhi, terpaksa last option harus kita cukupi dari luar [impor],” ujarnya kepada awak media di Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Dia menjelaskan, dari Data Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS), diperkirakan produksi beras pada November mencapai 2,2 juta ton dan Desember 1 juta ton sehingga totalnya sekitar 3 juta ton. Sementara itu, kebutuhan konsumsi beras di angka 2,5-2,6 juta ton per bulan sehingga selisihnya berkisar 2 juta ton.
“Dengan stok yang ada dari panen-panen sebelumnya kebutuhan beras Nataru cukup. Kita menjamin stok beras cukup, jadi masyarakat jangan khawatir dan tidak perlu panik dengan berbelanja berlebihan karena pemerintah akan menjaga agar stok beras ini bisa tersebar merata di masyarakat,” ujarnya.
Menurut Arief, upaya menjaga stabilitas harga beras jelang Nataru tersebut sejalan dengan arahan Presiden RI Joko Widodo yang meminta agar semua pihak memperhatikan kesiapan bahan pangan dan energi setiap menjelang hari besar keagamaan dan nasional. Hal tersebut penting mengingat akan terjadi lonjakan konsumsi dan mobilitas.
Baca Juga
Sementara itu, untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras, pemerintah perlu meningkatkan cadangan beras Bulog. Arief menjelaskan, idealnya pemenuhan cadangan beras Bulog dimaksimalkan pada musim panen raya semester pertama (Maret dan April) sehingga pada semester kedua Bulog dapat melakukan intervensi pasar pada akhir tahun, dengan kisaran 150.000 ton per bulan dan 200.000 ton per bulan pada Januari-Februari 2023.
Dalam intervensi tersebut pemerintah dapat melepas beras dengan harga Rp8.300/kg dan sampai di masyarakat dengan harga Rp9.000/kg.
Dia mengatakan, peran cadangan beras Bulog sangat penting, sebab beras merupakan salah satu instrumen bagi pemenuhan kesejahteraan masyarakat, yaitu sebesar 3-4 persen penyumbang inflasi dalam 3 bulan terakhir. Di samping itu, sebagai instrumen pengendalian inflasi, cadangan beras Bulog dipergunakan untuk berbagai keperluan baik stabilisasi pasokan dan harga beras, bantuan bagi korban bencana alam, hingga bantuan sosial bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Disinyalir salah satu penyebab kurang optimalnya sistem pengelolaan cadangan beras Bulog pada semester I, yaitu kurang banyaknya outlet penyaluran cadangan beras Bulog. Apabila Bulog memiliki terlalu banyak stok, tetapi kurang dalam hilirisasinya, Bulog dikhawatirkan kesulitan dalam menjaga kualitas stoknya.
Pada saat ini, harga gabah (GKP dan GKG) di tingkat petani dan pedagang cukup tinggi akibat tingginya harga pupuk, kenaikan harga BBM, serta meningkatnya biaya operasional pelaku usaha sehingga tantangan lainnya bagi NFA ialah menjaga pertumbuhan ekonomi selaras dengan tingkat inflasi.
“Untuk itu ke depan sebaiknya kita bersama sama kementerian dan lembaga lainnya harus duduk menyiapkan sistem untuk mengatur turn over stok beras Bulog, salah satu caranya kembali mengintegrasikan program-program pemerintah seperti bansos, raskin menggunakan beras Bulog,” ungkap Arief.