Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mandek di Tangan Pertamina, ESDM Percepat Lelang Ulang Blok East Natuna

Kementerian ESDM tengah menyelesaikan administrasi pengembalian pengelolaan Blok East Natuna dari Pertamina.
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di Hotel Ayana MidPlaza, Jakarta Pusat pada Jumat (9/9/2022)./Bisnis-Ni Luh Anggela
Menteri ESDM Arifin Tasrif saat ditemui di Hotel Ayana MidPlaza, Jakarta Pusat pada Jumat (9/9/2022)./Bisnis-Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah mempercepat proses pengembalian Blok East Natuna dari PT Pertamina (Persero) untuk dapat dilelang kembali kepada operator potensial.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, kementeriannya tengah menyelesaikan administrasi pengembalian pengelolaan blok migas tersebut. Harapannya, proses lelang Blok East Natuna dapat dimulai pada awal tahun depan.

“[Ditawarkan lagi] secepatnya lah, kita akan selesaikan administrasinya,” kata Arifin saat ditemui di Kementerian ESDM, Senin (28/11/2022).

Menurut Arifin, kementeriannya bakal menawarkan blok itu dengan memerhatikan kandungan karbon dioksida atau CO2 yang dominan pada lapangan tersebut.

“Sekarang kan sudah ada teknologi carbon capture, gas di Natuna ini kan 70 persen CO2, bisa enggak itu nanti kita tawarkan sehingga gasnya bisa diinjeksi, bukan dari sumur yang ada saja tetapi reservoir yang lain juga,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, pengelolaan Blok East Natuna di Pulau Natuna, Kepulauan Riau kembali ke titik awal. Pertamina yang ditugasi oleh pemerintah sebagai pengembang dinilai tidak melakukan kemajuan.

“Ya, kita akan proses dulu bahwa dulu kan ada penugasan ke Pertamina. Kita kembalikan dulu ke negara kemudian kita akan lelang tender terbuka untuk D-Alpha,” kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Badung, Bali, Kamis (24/11/2022).

Hampir lima dekade atau sejak ditemukan pada 1973, nasib Blok East Natuna diombang-ambing ketidakjelasan. Lapangan gas raksasa tersebut masih juga belum digarap.

Awalnya, ExxonMobil tertarik menggarapnya dan mendapat hak kelola pada 1980. Akan tetapi, pemerintah menghentikan kontrak pada 2007 karena tak ada perkembangan.

Setahun kemudian, Blok East Natuna diserahkan ke Pertamina. ExxonMobil ikut lagi pada 2010 bersama Total dan Petronas. Posisi Petronas kemudian digantikan oleh PTT Exploration and Production (PTT EP), perusahaan asal Thailand.

Sayangnya, konsorsium itu bubar di tengah jalan. ExxonMobil memutuskan untuk hengkang pada 2017. Alasannya, perusahaan asal Amerika Serikat itu menilai blok itu tidak layak investasi. Mengikuti jejak ExxonMobil, PTT EP juga memutuskan untuk tidak melanjutkan konsorsium bersama Pertamina.

Adapun, tantangan pengembangan Blok East Natuna adalah tingginya kandungan karbon dioksida yang mencapai 75 persen sehingga membutuhkan anggaran besar untuk pemisahan CO2 dengan gas bumi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Blok East Natuna menyimpan potensi sebesar 222 trilion cubic feet (Tcf) dengan potensi gas yang recoverable sebesar 46 Tcf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper