Bisnis.com, JAKARTA - Kebangkitan industri penerbangan nampaknya tinggal menunggu waktu seiring dengan kinerja positif dari para pelakunya.
Penantian panjang sejak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak 2 tahun lalu tinggal selangkah lagi membuahkan hasil. Para maskapai dan pengelola bandara sudah sepakat bahwa pada tahun depan bakal terjadi percepatan pemulihan.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association atau INACA Denon Prawiraatmadja melihat pada 2023 akan lebih bergantung kepada strategi bisnis masing-masing maskapai. Saat ini, maskapai telah banyak mengajukan tambahan slot penerbangan domestik.
Denon menyebut saat ini tingkat pemulihan penumpang domestik berkisar antara 60 persen sampai 70 persen dibandingkan dengan pada 2019.
Pada 2023, setidaknya Denon menyebut bisa naik di kisaran 80–90 persen. Sisanya sebesar 10 persen merupakan pasar internasional yang bergantung kepada kebijakan masing-masing negara.
“Pasar domestik kita kan 80 persen sampai 90 persen, 10 persen sisanya internasional. Kalau pada 2023 sudah demikian, maka sesuai proyeksi pada 2024 kita recover sepenuhnya,” ujarnya.
Baca Juga
Di sisi lain, memasuki tahun politik pada 2023, biasanya juga memberikan berkah bagi maskapai penerbangan. Tahun politik lebih banyak memberikan dampak positif kepada maskapai untuk meningkatkan frekuensi perjalanan dengan banyaknya aktivitas politik yang membutuhkan konektivitas udara.
Sepakat dengan INACA, PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memperkirakan kinerja industri penerbangan dari sisi pergerakan penumpang mulai pulih sepenuhnya seperti sebelum pandemi, pada 2024.
Direktur Utama AP II Muhammad Awaluddin menuturkan berdasarkan laporan dari sejumlah institusi global, pada 2023, tingkat pemulihan penerbangan di Asia Pasifik dan Asia tenggara menuju 80 persen.
Berdasarkan kondisi tersebut, AP II melakukan penyesuaian dan mengawal pergerakan agar bisa berkorelasi dengan persiapan infrastruktur, proses pelayanan, dan sumber daya yang menangani. Dengan demikian, AP II harus adaptif supaya tidak tertinggal.
Secara internal, Awaluddin secara gamblang menyebut pemulihan kinerja keuangan sudah tampak pada kuartal II/2022, yang bakal digenjot pada 2023, sehingga pertumbuhan yang lebih stabil tercapai pada 2024.
“Yang sudah kami rasakan, internal kas perusahaan baru recover pada kuartal II/2022 dan akan diakselerasi lagi pada 2023. Setelah 2023, pada 2024 bisa tumbuh lagi, sehingga postur dan kondisi perseroan jauh lebih baik. Pada 2024 sudah dalam tahap sustain untuk tumbuh lebih positif lagi,” ujarnya, Rabu (23/11/2022).
Di samping pendekatan optimistis, AP II tetap berkalkulasi dengan bersikap sedikit konservatif. Untuk ekspansi pengembangan infrastruktur, AP II masih memprioritaskan pengembangan bisnis dengan kemitraan strategis sembari menyesuaikan dengan kondisi finansial perseroan. Pada 2023, AP II akan mempercepat proses pemulihan dan melakukan upaya-upaya baru untuk merestrukturisasi keuangan.
Awaluddin memaparkan ada sejumlah hal yang akan perseroan lakukan restrukturisasi. Pertama, untuk restrukturisasi finansial, AP II memilih untuk melakukan upaya refinancing terhadap kondisi pendanaan sebelumnya serta melihat kesempatan baru dari pihak bank dan kreditur.
Hasil pemeringkatan kredit yang diperoleh AP II dari Pefindo juga cukup memuaskan pada 2022 dengan kategori AA+. Kondisi ini, sebutnya, yang bakal memberikan semangat baru dalam proses pemulihan.
Di sisi lain, PT Angkasa Pura I (Persero) atau AP I mencatat pertumbuhan jumlah penumpang periode Januari-Oktober 2022 secara tahunan mencapai 95 persen.
Direktur Utama AP I Faik Fahmi mengatakan telah melayani sebanyak 41,8 juta penumpang, 439.196 pergerakan pesawat udara, serta 380.080 ton pergerakan kargo selama periode Januari hingga Oktober 2022.
Adapun, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021, 15 bandara yang dikelola AP I melayani sebanyak 21,485 juta pergerakan penumpang, 325.602 pergerakan pesawat udara, dan 349.109 ton pergerakan kargo.
"Jika dibandingkan dengan catatan periode Januari-Oktober 2021, maka periode Januari-Oktober 2022 mengalami pertumbuhan sebesar 95 persen untuk pergerakan penumpang, 35 persen untuk pergerakan pesawat udara, serta 9 persen untuk pergerakan kargo," katanya, Rabu (23/11/2022).
AP I juga telah berhasil meningkatkan kapasitas penumpang di beberapa bandara kelolaannya. Misalnya di Yogyakarta International Airport (YIA), Banjarmasin, hingga Ambon.
Dengan adanya pagebluk juga, AP I telah mengubah ini merubah strategi dalam dengan pengembangan bandara, termasuk meningkatkan pergerakan bandara dengan memanfaatkan mitra strategis. Keberadaan strategic partner tersebut diharapkan bisa mempercepat pemulihan, tidak hanya dalam hal pengelolaan bandara, tapi juga pemanfaatan aset di sekitar bandara.
Sementara itu, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi memprediksi kurva pergerakan penumpang domestik pada tahun depan hingga 2024 dalam tren meningkat. Faktor utama pendorong tren peningkatan tersebut adalah kebutuhan konektivitas selain sosial juga ekonomi.
Seiring dengan tumbuhnya permintaan, pada 2023, ketersediaan jumlah pesawat yang dimiliki oleh maskapai juga akan bertambah.
“Nah, Garuda dan Citilink setelah restrukturisasi paling nggak bisa menaikkan sampai 60 pesawat dan Citilink juga 60. Ini jumlah banyak, Sriwijaya juga nanti ikut. Airasia juga ingin memperkuat konektivitas internasional jadi akan masuk. Suplai juga akan nambah. Dengan adanya PKPU Garuda selesai hanya masalah waktu,” terang Menhub kepada Bisnis.com.
Menhub juga menilai dampak resesi dari pendapat sejumlah pengamat ekonomi juga minim ke Indonesia. Sebagai regulator, Kemenhub juga memilih bersikap konservatif menghadapi serbuan permintaan perjalanan dari luar negeri.
Menteri yang akrab disapa BKS tersebut menjelaskan banyak maskapai dari negara lain seperti Jepang Korea Selatan telah mengajukan untuk membuka operasinya kembali ke Indonesia. Namun, tak semua permintaan tersebut disambut.
Dia meminta kepada AP I dan AP II untuk menyiapkan diri terlebih dahulu supaya pada saat maskapai internasional beroperasi kembali, tidak ada persoalan yang menyebabkan keterlambatan operasi.
Budi Karya mengimbau kepada maskapai agar jangan hanya membuka penerbangan pada jam-jam puncak yakni pagi dan sore hari melainkan melakukan penyebaran jam terbang secara merata.
Hal-hal tersebut telah disampaikannya kepada INACA agar para maskapai anggotanya bisa meningkatkan ketepatan waktu. Tak hanya soal On Time Performance atau OTP, Menhub meminta manajemen ground handling untuk lebih baik melakukan pengaturan.